Diujung masa kerjaku di perusahaan ini tadinya aku berharap sudah tenang dan tak lagi berambisi untuk meraih apapun lagi. Hanya menunggu waktunya untuk pensiun. Lagipula suasana kerja sudah sangat nyaman dan cocok. Jadi apalagi yang aku harapkan sudah tak ada. Memang sempat ada perasaan kecewa ketika aku menyatakan perasaan pada GM bahwa aku sudah 8 tahun di pangkat yang sama. Jika memungkinkan aku bisa naik pangkat mengingat masa kerjaku tinggal setahun lagi. Jawaban tegas sang GM awalnya sempat membuat shock. Ada perasaan sedih ketika membandingkan diri dengan orang lain yang duduk di posisi staf GM. Notabene mereka-mereka yang “unjob” dengan pangkat yang sangat tinggi. Tak ada pekerjaan sama sekali. Luntang-lantung, masuk kerja jam2 atau 3 sore. Sedangkan aku pontang-panting mengerjakan pekerjaan aku.
Yah... tapi Alhamdulillah. Allah selalu cepat menyadarkan aku untuk tidak pernah kecewa. Aku cepat kembali pada hati yang lega. Yang lama. Karena hidup, mati dan rezeki itu ada ditangan Allah. Yah... jalani saja. Toh aku sudah sangat nyaman jika flashback ke masa lalu saat aku di RBP. Hari-hari terasa sangat lambat dikelilingi anak-anak muda yang angkuh dan merasa hebat dan mengecilkan arti orang lain. Alhamdulillah sekarang sudah sangat lebih baik.
Selanjutnya datanglah wabah Covid-19, dimana kantor menerapkan sistem WFH. Jadi bekerja dari rumah saja. Meski WFH sebagai bentuk tanggung jawab pribadi aku kepada perusahaan maupun kepada Allah aku tetap semangat kerja dari rumah, yang kadang menimbulkan stress cukup tinggi ketika partner ke-3 yaitu orang-orang Lab lambat respon, bahkan tak merespon sama sekali ketika dikontak. Tapi terus terang aku sangat suka kerja seperti ini. Hanya kenkantor jika sistem yang harus dipakai hanya bisa digunakan lewat jaringan kantor. Aku tak harus banyak berinteraksi dengan orang banyak, karena kadangkala di kantor aku cuma sendirian saja. Aku tadinya menyangka kondisi akan tetap nyaman seperti ini hingga masa pensiunku datang. Namun....
Maka perubahan itu terjadi awal tahun 2021 organisasi membentuk struktur organisasi baru. Unit kerja kami dirombak habis dan dengan penambahan personal baru. Di awal pembentukan ini keangkuhan pimpinan baru sudah jelas terlihat. WFH dihentikan dan seluruh karyawan harus masuk. Walaupun aku agak tercengang tapi aku tetap patuh. Anehnya lagi aku disuruh masuk tapi aku sama sekali tak masuk hitungan saat pembahasan berbagai hal terkait struktur baru ini. “NGLECTED”. Dianggap tak pnya capabilty. It is okay. Aku tak sedih, kecewa, atau apalah-apalah. Kubiarkan saja bos baru ini dengan kecongkakannya. Aku sempat bertutur dengan Ancha dan Dhani, bahwa apapun yang aku hadapi saat ini aku dalam fase sangat ikhlas. Bekerja dengan ikhlas. Aku ingin meninggalkan kesan baik di akhir masa kerjaku. Meskipun seringkali terdengar komentar kesibukanku mengelola aset Lab itu hanya memberikan sumbangsih yang sangat kecil dari jumlah pendapatan. Masa bodoh...! Aku kerja aja sesuai job aku.
Lalu ketika diri berujar dengan lantang “aku ikhlas” Allah tak membiarkan saja ucapan itu. Semua masih harus diuji. Sampailah pada suatu fakta, Fachmi di atasku yang sangat baik dan tempat aku berdiskusi dengan baik saat dapat kesulitan, mampu memberikan solusi dalam setiap kendala tiba-tiba di mutasi (dibuang) oleh bos besar. Diganti dengan seseoarng yang belum layak yang selama ini kami sudah sangat tahu capabilitynya.
Tiba-tiba aku berteriak ngamuk tanpa bisa protes. Beberapa hari aku protes dengan cara lambat masuk kantor, lamabat masuk kantor setelah istirahat siang. Aku sempat menangis di dalam sholat dan do’aku. Kecewa....? Iya ! Lama aku merenung sampai akhirnya aku cepat tersadar dan back to my basic...ikhlas! Aku akan baik-baik saja dengan jobku, sampai akhir masa kerjaku.
Sesungguhnya hidup, mati dan rezekiku ada di tangan Allah. Tak bisa kupaksakan jika memang tidak ditakdirkan. Terus aku berusaha menambah referensi keimanan ini. Aku percaya bahwa semua ini yang dinamakan takdir Allah. Kucoba berilmu untuk menyikapinya.
Dengan memohon rahmat Allah aku berharap mendapat hikmah yang terbaik dan diberi takdir yang lebih baik pula ke depannya. Allah maha pemurah, setiap manusia yang memohon dengan kesungguhan pasti akan dikabulkan. “Dan rahmat ku meliputi segala sesuatu”. (QS Al A’raf : 156). Jelas dari firman tersebut bahwa Allah memberikan rahmat untuk hambaNya dalam setiap urusan.
Yahh.. pada akhirnya aku bisa menetralisir hati yang tercoreng. Tak lagi protes, tak lagi merasa ada ketidak adilan, tak ada lagi apa-apa. Karena aku percaya bahwa apapun yang terjadi di muka bumi ini telah dituliskan oleh Allah di Lauh Mahfudz gak bisa ku protes-protes. Meskipun kadangkala ketika melihat sosok orang yang disusupkan untuk menggantikan Fachmi yang terlihat angkuh dan sombong itu aku jadi bergumam lagi, namun bersyukur gumamanku kali ini adalah “Astghfirullahal adziim”
Hidup laksana perjalanan singkat yang pada akhirnya kita akan berlabuh ditempat kembali, membawa bekal yang kita siapkan. Sebaik-baik bekal adalah TAQWA |
No comments:
Post a Comment