Sunday, April 18, 2021

MEMPERCAYAI TAKDIR

Diujung masa kerjaku di perusahaan ini tadinya aku berharap sudah tenang dan tak lagi berambisi untuk meraih apapun lagi. Hanya menunggu waktunya untuk pensiun. Lagipula suasana kerja sudah sangat nyaman dan cocok. Jadi apalagi yang aku harapkan sudah tak ada. Memang sempat ada perasaan kecewa ketika aku menyatakan perasaan pada GM bahwa aku sudah 8 tahun di pangkat yang sama. Jika memungkinkan aku bisa naik pangkat mengingat masa kerjaku tinggal setahun lagi. Jawaban tegas sang GM awalnya sempat membuat shock. Ada perasaan sedih ketika membandingkan diri dengan orang lain yang duduk di posisi staf GM. Notabene mereka-mereka yang “unjob” dengan pangkat yang sangat tinggi. Tak ada pekerjaan sama sekali. Luntang-lantung, masuk kerja jam2 atau 3 sore. Sedangkan aku pontang-panting mengerjakan pekerjaan aku.


Yah... tapi Alhamdulillah. Allah selalu cepat menyadarkan aku untuk tidak pernah kecewa. Aku cepat kembali pada hati yang lega. Yang lama. Karena hidup, mati dan rezeki itu ada ditangan Allah. Yah... jalani saja. Toh aku sudah sangat nyaman jika flashback ke masa lalu saat aku di RBP. Hari-hari terasa sangat lambat dikelilingi anak-anak muda yang angkuh dan merasa hebat dan mengecilkan arti orang lain. Alhamdulillah sekarang sudah sangat lebih baik.

Selanjutnya datanglah wabah Covid-19, dimana kantor menerapkan sistem WFH. Jadi bekerja dari rumah saja. Meski WFH sebagai bentuk tanggung jawab pribadi aku kepada perusahaan maupun kepada Allah aku tetap semangat kerja dari rumah, yang kadang menimbulkan stress cukup tinggi ketika partner ke-3 yaitu orang-orang Lab lambat respon, bahkan tak merespon sama sekali ketika dikontak. Tapi terus terang aku sangat suka kerja seperti ini. Hanya kenkantor jika sistem yang harus dipakai hanya bisa digunakan lewat jaringan kantor. Aku tak harus banyak berinteraksi dengan orang banyak, karena kadangkala di kantor aku cuma sendirian saja. Aku tadinya menyangka kondisi akan tetap nyaman seperti ini hingga masa pensiunku datang. Namun....

Maka perubahan itu terjadi awal tahun 2021 organisasi membentuk struktur organisasi baru. Unit kerja kami dirombak habis dan dengan penambahan personal baru. Di awal pembentukan ini keangkuhan pimpinan baru sudah jelas terlihat. WFH dihentikan dan seluruh karyawan harus masuk. Walaupun aku agak tercengang tapi aku tetap patuh. Anehnya lagi aku disuruh masuk tapi aku sama sekali tak masuk hitungan saat pembahasan berbagai hal terkait struktur baru ini. “NGLECTED”. Dianggap tak pnya capabilty. It is okay. Aku tak sedih, kecewa, atau apalah-apalah. Kubiarkan saja bos baru ini dengan kecongkakannya. Aku sempat bertutur dengan Ancha dan Dhani, bahwa apapun yang aku hadapi saat ini aku dalam fase sangat ikhlas. Bekerja dengan ikhlas. Aku ingin meninggalkan kesan baik di akhir masa kerjaku. Meskipun seringkali terdengar komentar kesibukanku mengelola aset Lab itu hanya memberikan sumbangsih yang sangat kecil dari jumlah pendapatan. Masa bodoh...! Aku kerja aja sesuai job aku.

Lalu ketika diri berujar dengan lantang “aku ikhlas” Allah tak membiarkan saja ucapan itu. Semua masih harus diuji. Sampailah pada suatu fakta, Fachmi di atasku yang sangat baik dan tempat aku berdiskusi dengan baik saat dapat kesulitan, mampu memberikan solusi dalam setiap kendala tiba-tiba di mutasi (dibuang) oleh bos besar. Diganti dengan seseoarng yang belum layak yang selama ini kami sudah sangat tahu capabilitynya.

Tiba-tiba aku berteriak ngamuk tanpa bisa protes. Beberapa hari aku protes dengan cara lambat masuk kantor, lamabat masuk kantor setelah istirahat siang. Aku sempat menangis di dalam sholat dan do’aku. Kecewa....? Iya ! Lama aku merenung sampai akhirnya aku cepat tersadar dan back to my basic...ikhlas! Aku akan baik-baik saja dengan jobku, sampai akhir masa kerjaku.

Sesungguhnya hidup, mati dan rezekiku ada di tangan Allah. Tak bisa kupaksakan jika memang tidak ditakdirkan. Terus aku berusaha menambah referensi keimanan ini. Aku percaya bahwa semua ini yang dinamakan takdir Allah. Kucoba berilmu untuk menyikapinya. 
 
1. Percaya 
Sebagai orang yang beriman, aku harus percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah memiliki rencana yang terperinci dan terbaik untuk semua hambaNya, termasuk manusia. manusia wajib percaya bahwa Allah tidak akan memberikan takdir baik itu takdir baik maupun buruk tanpa menyimpan hikmah di baliknya. Apa yang baik menurutmu belum tentu baik bagi Allah, sedangkan apa yang terbaik bagi Allah adalah yang terbaik untukku. 
 
2. Tawakal 
“Sekali kali tidak akan menimpa apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami, Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang orang yang beriman akan bertawakal”. (QS At Taubah : 51). 
 
3. Tidak berputus asa 
Rasulullah selalu memerintahkan umatnya untuk berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuannya, cara menyikapi takdir Allah ialah dengan berusaha dan tidak boleh menyerah, putus asa adalah tanda bahwa orang tersebut tidak percaya pada kebesaran Allah. “Bersemangatlah untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan sekali kali kamu merasa tidak berdaya”. (HR Abu Hurairah). 
 
4.  Jauhi Berandai andai 
 Takdir, apapun itu ialah yang terbaik, cara menyikapi takdir Allah tidak boleh diterima dengan penyesalan atau harapan untuk bisa mengubah takdir yang telah terjadi. Maksudnya ialah dengan berandai andai untuk dapat kembali ke masa lalu dan mengubah peristiwanya agar menerima hasil sesuai yang diinginkan, hal demikian tidak diperbolehkan dalam agama. “Janganlah engkau berkata seandainya aku berbuat begini tentu begini dan begitu tentu akan seperti ini dan seperti itu”. (HR Muslim). 
 
5. Mohon Pertolongan Allah 
Takdir ialah bagain dari kuasa Allah, untuk menghadapinya sebagai makhluk yang lemah wajib untuk memohon pertolongan Allah agar dapat menjalani dan mengambil keputusan sesuai petunjukNya. “Dan sekali kali tidaklah Rabb mu menganiaya hamba hamba Nya”. (QS Fushshilat : 46). 
 
6. Instropeksi Diri 
“Musibah yang menimpa kalian adalah hasil dari perbuatan tangan kalian sendiri”. (QS As Syuuraa : 30). Sebagai manusia tentu pernah berbuat kesalahan secara sadar, contohnya ialah sudah mengetahui tentang perbuatan yang termasuk dosa tetapi tetap melakukan perbuatan tersebut, akibatnya takdir Allah akan mengikuti sesuai perbuatan yang dilakukan. Mengingat hal inilah aku sempat menangis sesengukan. Ya..Allah banyak sekali kondisi kurang beruntung yang aku dapat dalam kehidupanku. Kasus perseteruan itu yang mengakibatkan aku terpisah dari anak-anakku yang hingga saat ini aku masih tidak pernah terputus dari fitnah yang disebarkanlaki-laki itu. Lantas dalam karirpun aku mentok dan sulit berkembang. Aku berusaha koreksi diri, ya Allah...jika semua ini adalah balasan atas semua dosa-dosaku terutama kepada ibu bapakku. Ampunilah aku..! 
 
7. Mohon Rahmat Allah dan ikhlas 
Ikhlas adalah sikap menerima dan pasrah akan ketentuan Allah. Ikhlas dilakukan semata karena Allah, bukan karena urusan duniawi atau karena orang lain. Ikhlas menjadi jalan untuk mendapat kebaikan dan ridho Allah. Ikhlas dalam menyikapi takdir Allah dilakukan dengan cara menyadari bahwa setiap takdir ialah hakNya sebagai pencipta. Dan setiap manusia wajib menerima dan menjalani takdir yang ditetapkanNya dengan ikhlas.

Dengan memohon rahmat Allah aku berharap mendapat hikmah yang terbaik dan diberi takdir yang lebih baik pula ke depannya. Allah maha pemurah, setiap manusia yang memohon dengan kesungguhan pasti akan dikabulkan. “Dan rahmat ku meliputi segala sesuatu”. (QS Al A’raf : 156). Jelas dari firman tersebut bahwa Allah memberikan rahmat untuk hambaNya dalam setiap urusan. 
 
8. Allah Tempat Kembali 
Berserah diri karena hanya kepada Allah aku menyerahkan semuanya. “Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main main dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. (QS Al Mu’minum : 115). Ingat bahwa Allah menciptakan manusia di dunia ini hanyalah sebagai ujian untuk bekal kehidupan di akherat, begitu pula dengan takdir, apapun yang dikehendaki Allah akan menjadi jalan untuk manusia sebagai jalannya untuk beribadah dan mendekat padaNya. 
 
9. Berfikir Positif 
Berusaha berfikir positif membuat hati menjadi lebih semangat dan lebih mampu mengambil keputusan yang tepat dalam setiap urusan yang dihadapi. Sedangkan Allah memberikan sesuatu sesuai prasangka hambaNya, jika berfikir positif pada Allah, maka Allah juga memberikan hal yang positif pula.

Yahh.. pada akhirnya aku bisa menetralisir hati yang tercoreng. Tak lagi protes, tak lagi merasa ada ketidak adilan, tak ada lagi apa-apa. Karena aku percaya bahwa apapun yang terjadi di muka bumi ini telah dituliskan oleh Allah di Lauh Mahfudz gak bisa ku protes-protes. Meskipun kadangkala ketika melihat sosok orang yang disusupkan untuk menggantikan Fachmi yang terlihat angkuh dan sombong itu aku jadi bergumam lagi, namun bersyukur gumamanku kali ini adalah “Astghfirullahal adziim”

 

Hidup laksana perjalanan singkat yang pada akhirnya kita akan berlabuh ditempat kembali, membawa bekal yang kita siapkan. Sebaik-baik bekal adalah TAQWA

No comments:

Post a Comment