Monday, April 9, 2018

SIKAP HIDUP MEMPERSIAPKAN AKHIRAT

Artikel ini kutulis untuk menyimpulkan tausiyah ustadz Hiadayatullah di Masjid Taqwa Palembang, Sabtu tanggal 31 Maret 2018 kemaren. Kajian dan dzikir bersama yang rutin dilakukan setiap Sabtu. Aku sangat terkesan dengan isi tausiyahnya, tentang cara kita menyikapi kehidupan di dunia dan mempersiapkan kematian/akhirat. Aku mungkin menyampaikannya tidak bisa sedetail ustadz, tapi paling tidak point-point pentingnya telah aku catat. 

Ada 5 point penting yang aku catat:

1. Jika kau yakin bahwa rezeki itu dijamin bahkan takarannya telah ditentukan oleh Allah, mengapa engkau begitu ngoyo dan tamak mencari rezeki dari subuh sampai malam sehingga sudah tidak peduli lagi tentang halal dan haram bahkan sampai melalaikan kewajibanmu terhadap Allah. 

Jaminan rezeki dari Allah SWT pada mahkluk-Nya adalah jaminan yang pasti lagi benar untuk menunjukkan betapa Maha Kaya Allah yang memiliki segala sifat kebesaran-Nya. Allah berfirman :

وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
(“…… dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya” (Surah Hud, ayat 6)) Firman Allah SWT: 

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
(“Dan kepunyaan Allah kepemilikan segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan” (Surat Ali Imran, ayat 109).

Selain dari Allah SWT siapa lagi yang bisa mencukupkan sumber rezeki yang tidak pernah putus-putus untuk menghubungkan siklus kehidupan di alam ini. Bukan satu atau dua hari tetapi ribuan bahkan mungkin jutaan tahun hingga lebih. Hanya Dia saja yang berhak dan layak untuk menurun dan mengeluarkan segala rezeki dari sumber mana yang Dia kehendaki.

Namun jangan pula disalahartikan, karena rezeki telah ditetapkan oleh Allah lantas kita hanya menunggu saja rezeki itu datang sendiri. Tentu saja tidak, kita tetap harus berikhtiar. Jangan pula engkau pontang-panting mencari rezeki sampai melupakan ibadah kepada Allah, seperti lupa sholat dsb.

2. Jika kau yakin kematian itu nyata dan pasti akan menghampirimu, apa yang akan kau persiapkan ketika kematian itu datang menjemputmu. Masih hidupkah saya besok, tidak seorangpun yang tahu? Kamu tidak perlu menunggu waktu yang tepat untuk berubah karena kematian tidak akan menunggumu sampai berubah. Beberapa dalil tentang kematian, antara lain :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kamu akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيٍَّ 
“Di mana saja kamu berada, kematian pasti akan mendapati kamu, walaupun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh.” (An-Nisa`: 78)

 أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
“Maka apabila telah tiba ajal mereka (waktu yang telah ditentukan), tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya.” (An-Nahl: 61)

Wahai saudaraku mulailah membersihkan hati dari semua kesibukan duniawi.Tidak terlalu bahagia dengan kemewahan dunia atau dengan sesuatu yang didapatkannya, serta jangan terlalu bersedih dengan problematika dunia yang dihadapi atau musibah yang menimpanya, bersikap wajar saja. Seperti dalam firman Allah.

“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNYA kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (QS Al-Hadid[57]23)”

Saudaraku, hati orang yang tenggelam dalam dunia dan tertipu olehnya serta jatuh cinta pada berbagai syahwatnya sudah pasti lalai dari mengingat kematian. Orang-orang yang berlomba mengejar kesenangan dunia ini ibarat orang-orang yang berada dalam sebuah permainan yang melalaikan, tidak lama lagi permainan itu akan berakhir dan menyisakan kelelahan yang tidak berarti.

Firman Allah SWT artinya : "Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu." (Surah Muhammad ayat 36)

Allah telah menegaskan dalam Al-Quran bahwa kehidupan di dunia tidak lebih hanya main-main dan senda gurau belaka, ya ibarat sebuah peran yang sedang dimainkan di atas panggung sandiwara, sebagus atau seburuk apapun peran yang kita dapatkan pasti akan berakhir, tapi kenapa manusia begitu bersemangat untuk dunia dan begitu malas untuk akhirat?.

Masihkah kita tertipu dan terperdaya oleh kenikmatan dunia yang sementara ini dengan ambisius mengejar berbagai materi dan mengumpulkan harta sementara kampung akhirat yang kekal abadi dan kehidupan yang sebenarnya kita lalaikan bahkan tanpa disadari kita telah melupakan bahwa akan ada kehidupan setelah kematian untuk mempertanggung jawabkan perbuatan di dunia.

Rasulullah pernah bersabda “Bahwa orang yang cerdas adalah, orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian” Pada surah Al Mu’minuun ayat 112 – 114, di Akhirat nanti ketika manusia dihadapkan kepada Allah terjadilah dialog ;“Allah bertanya: Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi ?”

.“Mereka menjawab: Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung”. “Allah berfirman: Kamu tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui”.

Masihkah kita hanyut dengan hiruk pikuk dunia dengan segala perhiasannya? Wahai saudaraku sadarilah dunia ini hanya tempat singgah, sebagaimana seorang musafir yang kelelahan dan berhenti di rumah makan, setelah kenyang dan segar mereka pasti melanjutkan perjalanan ke tempat tujuannya. Hari ini akhirat adalah cerita dan dunia adalah nyata, tapi setelah mati dunia hanya cerita dan akhirat adalah nyata. Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu dan kematian di pelupuk matamu (Imam Syafi’i). “Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”

Kebahagiaan di dunia akan berlalu, harta yang kamu kumpulkan tidak akan berguna lagi, kekuasaan yang kamu bela tidak dapat menyelamatkanmu. Kematian tidak untuk ditakuti namun untuk dipersiapkan. Jika kau sadar hidup adalah untuk mati maka kamu akan selalu gusar. Namun jika mati adalah tujuan inshaa Allah hidup akan tenang. Mumpung masih hidup maka persiapkanlah bekal untuk akhiratmu. Jangan pernah tinggalkan sholat karena sholat adalah amalan yang paling pertama kali dihisab. Perbanyaklah sedekah karena banyak sekali manusia di dalam kubur yang ingin kembali dihidupkan hanya untuk bersedekah. Hiasilah hidupmu dengan bekal akhiratmu dan sebaik-baiknya bekal adalah TAQWA.

“Sungguh kematian yang selalu kalian hindari itu pasti mengejar kalian. Kalian akan dikembalikan kepada Allah, Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Kemudian kelak di hari kiamat, Allah akan menjelaskan kepada kalian apa saja yang telah kalian lakukan di dunia (QS Al-Jumu’ah[62]8)

3. Jika kau yakin syurga itu nyata dan pasti ada, persiapkanlah amalan agar bisa meraih syurganya Allah. Jika kau yakin neraka itu nyata dan ada, mengapa kau tak takut melanggar semua larangan Allah.

Surga adalah kampung kenikmatan yang dipersiapkan oleh Allah SWT bagi orang-orang yang beriman, sedangkan neraka adalah hunian yang penuh dengan adzab dan dipersiapkan oleh Allah Ta’ala untuk orang-orang kafir. Allah SWT berfirman (artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbuat kebaikan benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. Dan sekali-kali mereka tak dapat keluar dari neraka itu. Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu. Sekali lagi tahukah kamu hari pembalasan itu. (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah (Al-Infithar: 13-19)”.

Jika kita membayangkan seberapa besar kenikmatan surga yang sesungguhnya lebih indah dari yang bisa kita bayangkan harusnya bisa menjadi motivasi kuat bagi orang yang beriman untuk meraihnya. Ini adalah bagian dari keimanan terhadap hari akhir dan iman kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana komentar sahabat Umair Ibnu Hamam, “Menuju kepada Allah tak ada bekal lain kecuali takwa, amal akhirat dan sabar karena Allah dalam perjuangan. Dan semua bekal akan habis kecuali takwa, berbuat baik dan mencari petunjuk.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa …” (QS al-Baqarah: 197)

Keberadaan surga dan neraka adalah haq. Tidak ada keraguan di dalamnya. Neraka disediakan bagi musuh-musuh Allah, sedangkan surga dijanjikan bagi wali-wali Allah. Penyebutan tentang surga dan neraka dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sangatlah banyak. Telah banyak disebutkan tentang kondisi penduduk surga dan neraka dan disebutkan tentang janji kenikmatan surga dan adzab di neraka. Disebutkan pula dorongan agar bersemangat meraih surga dan ancaman dari neraka. Demikian pula As-Sunnah (Hadits) banyak menyebutkan tentang surga dan neraka. Itu semua menunjukkan bahwa keberadaan surga dan neraka adalah benar adanya.

Surga dan Neraka Sudah Ditetapkan Penghuninya.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia … ” (Al-A’raf: 179).

Dari ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “… Sesungguhnya Allah telah menciptakan para penghuni untuk surga. Allah telah menentukan mereka sebagai penghuninya, sedangkan mereka masih dalam tulang sulbi bapak-bapak mereka. Allah juga telah menciptakan para penghuni bagi neraka. Allah telah menentukan mereka sebagai penghuninya, padahal mereka masih dalam tulang sulbi bapak-bapak mereka.” (HR. Muslim 2662) (Syarh Al ‘Aqidah At Thahawiyah li Al Imam Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi II/1070-1071).

Namun hal ini termasuk dalam perkara ghaib, sehingga hanya Allah yang mengetahui siapa saja penghuni surga dan neraka. Oleh karena itu kita harus berusaha agar termasuk ke dalam penghuni surga, yaitu dengan banyak beramal shalih. Karena sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan amal yang kita lakukan, sebagaimana firman Allah (artinya):” …Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan… “(QS. Al ‘Imran:195).

Surga dan Neraka Kekal Abadi.
“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (Huud: 108).

“..Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni syurga mereka kekal di dalamnya (QS: Al-A’raf, 42)

Maka wajib bagi setiap muslim yang mau berpikir dan berusaha meraih syurganya Allah dengan berbagai amalan diantaranya : mentauhidkan Alah, mentaati Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, mematuhi perintahNYA, menjauhi laranganNYA dan selalu berpedoman pada Al-Qur’an dan hadist. Itu semua merupakan sebab masuk ke dalam surga dan jalan menuju surga. Adapun barangsiapa menolak untuk melakukkannya maka orang tersebut telah enggan untuk masuk surga.

4. Jika kau yakin bahwa setiap harta yang kau punya akan dihisab satu persatu, mengapa kau selalu rakus dan menumpuk-numpuk harta

Allah berfirman yang artinya : “Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Allah berfirman): “Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan”. (Qs. Al Jaatsiyah 45: 28-29).

Dari Abdullah bin Qurthin ra, bahwa Rasulullah saw, bersabda

:اَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَةُ فَاِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ سَائِرُ عَمَلِهِ وَاِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ =رواه الطبراني=
Yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika sholatnya beres, maka bereslah semua amalnya dan jika rusak, maka rusaklah semua amalnya. (HR. Ath Thabrani).

Dambaan setiap orang ringan atau mudah saat dihisab di mahsyar: “Attaisir ‘Indal Hisab”. (Kemudahan ketika dihisab). Namun ada hal yang dapat menyulitkan seseorang saat dihisab yang membuat proses hisabnya menjadi lama. Sabda Rasulullah saw:

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ -اسْمُهُ نَضْلَةُ بْنُ عُبَيْدٍ- رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ =رواه الترمذي= قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Dari Abu Barzah Al Aslamiy (namanya Nadhlah bin ‘Ubaid) ra, ia berkata,Rasulullah saw bersabda, tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya apa yang telah ia perbuat dan tentang hartanya darimana ia mendapatkannya dan untuk apa saja ia membelanjakannya dan tentang anggota badannya untuk apa saja ia gunakan. (HR. Tirmidzi).

وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ
(Hartanya dari mana ia mendapatkannya dan untuk apa ia membelanjakannya)). Sabda Rasulullah saw.

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ“
"Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh orang shaleh.” (HR Bukhari). al Adab al Mufrad: 299.

Hisab harta yang banyak akan memakan waktu yang sangat lama. Setiap harta yang kita miliki harus dipertanggungjawabkan dari mana sumbernya dan kemana dibelanjakan, maka harta yang kita miliki itu terbagi kepada empat: 

a. Didapatkan dengan cara haram dan dibelanjakan kepada hal yang haram. Uang hasil sogok menyogok digunakan untuk membeli minuman yang memabukkan. Akibatnya sudah pasti ke neraka.

b. Didapatkan dengan cara yang haram tapi dibelanjakan kepada yang halal. Uang hasil korupsi, jual beli narkoba, dijadikan ongkos pergi umrah, pembangunan mesjid, menyantuni yatim piatu dan orang miskin. Akibatnya juga neraka. Karena Allah itu Maha Baik dan tidak akan menerima kecuali dari yang baik pula.

c. Didapatkan dengan cara baik tapi dibelanjakan kepada yang haram. Uang hasil kerja keras di kebun umpamanya, tapi digunakan untuk membeli narkoba. Akibatnya juga ke neraka.

d. Didapatkan dengan cara halal dan dibelanjakan kepada yang halal. Uang hasil bekerja sebagai buruh, jual beli yang sah lagi halal, digunakan untuk menafkahi keluarga, bersedekah dan amal baik lainnya. Harta yang seperti ini akan dihisab dulu sedetil-detilnya. Bila kita bisa mempertanggungjawabkan semuanya dengan baik, barulah kita bisa selamat dari api neraka dan masuk ke surga. 

Ini baru hisab harta pribadi yang tidak ada hubungannya dengan orang lain. Kita tidak bisa bayangkan bagaimana dahsyatnya hisab yang berhubungan dengan orang lain. Bagaimana mempertanggungjawabkan harta yang kita rampas atau ambil tanpa dasar kebenaran dari hak milik orang lain. Yang kita pakai dan kita sedehkahkan itulah yang bermanfaat..!

Perlu menjadi perhatian bagi kaum wanita yang gemar memiliki koleksi segala macam, seperti tas, baju, sepatu dsb. Simpanan atau koleksi-koleksi yang tidak terpakai kelak akan di Hisab dan akan menyusahkan diri kita sendiri. Maka batasilah diri membeli sesuatu dari nafsu. Nafsu ingin mempunyai ini itu. Melihat punya orang lain membuat kita ingin memiliki juga. Padahal barang-barang tersebut tidak dibutuhkan.

عَنْ أُسَامَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قُمْتُ عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَكَانَ عَامَّةَ مَنْ دَخَلَهَا الْمَسَاكِينُ وَأَصْحَابُ الْجَدِّ مَحْبُوسُونَ غَيْرَ أَنَّ أَصْحَابَ النَّارِ قَدْ أُمِرَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ وَقُمْتُ عَلَى بَابِ النَّارِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ =رواه البخاري

Dari Usamah (bin Zaid) ra, dari Nabi saw,bersabda, “Aku berdiri di pintu surga. Maka kebanyakan orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin, sedangkan orang-orang kaya tertahan. hanya saja para penghuni neraka telah diperintahkan masuk neraka. Dan aku juga berdiri dipintu neraka, maka kebanyakan yang memasukinya adalah perempuan.” (HR.Bukhari).

Berdasarkan riwayat diceritakan bahwa orang miskin akan lebih cepat hisabnya, karena mereka tidak memiliki harta, namun orang kaya yang banyak dan menumpuk-numpuk harta hisabnya akan menjadi sangat lama. “Orang muslim yang miskin akan masuk surga sebelum orang muslim yang kaya dengan selisih setengah hari, yang itu setara dengan 500 tahun.” (HR. Ahmad)

5. Jika kau yakin jika harta yang kau infak dan sedekahkan di jalan Allah itu akan dibalas dan pasti akan kembali lagi kepadamu mengapa engkau masih kikir.

Perintah sedekah ini terdapat pada firman Allah dalam Alqur’an, surat An Nissa ayat 114: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali dari bisikan-bisikan orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat kebaikan atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar”.

“..... Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.” (QS. At-Tawbah : 34-35).

Manfaat sedekah turut mengingatkan kita bahwa apa yang kita punya adalah kenikmatan yang tidak lepas dari izin Allah. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur maka perlu membagi kenikmatan yang kita punya kepada orang lain yang kurang beruntung.

- Sedekah dapat menghapus dosa
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api." [HR. Tirmidzi] Sedekah dapat menghapus dosa, namun hal itu juga harus disertai dengan taubat atas dosa yang telah dilakukan. Orang yang dengan sengaja melakukan maksiat seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim dan lain sebagainya tidak berlaku sedekahnya apabila ia bersedekah hanya bertujuan agar dosa-dosanya impas.

- Mendapatkan naungan di hari akhir
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah: "Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya." [HR. Bukhari]

- Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah
Janji Allah selanjutnya bagi orang yang gemar bersedekah adalah Allah akan melipatgandakan pahala orang yang bersedekah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. "Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak." [QS. Al-Hadid ayat 18]

- Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki orang yang bersedekah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda,
"Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: "Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah." [HR. Bukhari dan Muslim]

- Dapat membebaskan kita dari siksa kubur 
Rasulullah SAW bersabda,"Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur." [HR. Ath-Thabrani]

 - Menjauhkan diri dari api neraka. 
Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk menjauhkan kita dari api neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh kita darinya. Rasulullah SAW bersabda "Jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah" [HR. Bukhari dan Muslim] 

Sedekah walaupun kecil nilainya tetapi sangat berharga di mata Allah SWT. Orang yang pelit dan kikir terhadap hartanya dan tidak pernah menyedekahkan hartanya walaupun hanya sebagian, maka merugilah mereka di dunia maupun di akhirat karena tidak ada keberkahan dalam hartanya. Padahal bersedekah itu sangat penting bagi kepentingan dirinya, karena dengan mensedekahkan harta akan menuai berkah dan sebaliknya jika menahan hartanya maka akan celaka 

- Allah SWT akan melipatgandakan harta orang yang bersedekah
”Harta yang Allah sediakan itu untuk semua mahluk-Nya, bukan untuk sebagian orang. Terjadinya kaya miskin dalam hidup manusia itu sunatullah yang tidak bisa dihindari. Karenanya Allah SWT mengajarkan dalam Al-Qur'an keharusan untuk saling membantu.

Allah sangat benci kepada orang-orang yang kikir dan gemar menumpuk harta. Ayat diatas adalah bukti nyata kebencian Allah kepada mereka yang suka menyimpan harta tanpa memperhatikan hak-hak orang miskin. Dalam firman-Nya Allah menjelaskan, "Bahwa manusia tidak akan pernah mencapai titik stabil dalam meraih kebahagiaan jika tidak melakukan banyak hal, diantaranya ia menyadari bahwa didalam hartanya ada hak-hak orang miskin." (QS.Al-Ma'arij).

Lihatlah bagaimana orang yang sudah mati pun sampai memohon untuk dibangkitkan kembali agar bisa sedekah. Karena dia merasakan betapa beratnya beban hisab atas harta yang disimpan, dan ia juga melihat betapa besarnya pahala dari sedekah yang ia amalkan, “Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum DATANG KEMATIAN kepada salah seorang di antara kamu; kemudian ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku DAPAT BERSEDEKAH dan aku termasuk ORANG-ORANG YANG SHALIH?” (QS. Al Munafiqun: 10). 

Jadikan ini renungan, muhasabah untuk diri sendiri. Juga pengingat untuk orang-orang yang kita sayangi. Harta yang kita simpan adalah harta milik ahli waris kita. Sedangkan harta sejati kita yang akan menemani sampai kubur adalah harta yang kita sedekahkan. Mari kita mulai sedekahkan atau hadiahkan koleksi pakaian lama kita yang masih layak pakai, atau barang-barang koleksi yang masih bisa digunakan manfaatnya, kepada orang lain yang membutuhkan, “Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai dan akan hilang kebencian.” (HR. Imam Malik)

Rasulullah SAW dalam banyak haditsnya menggambarkan betapa mengerikan akibat yang kelak akan dihadapi oleh mereka yang suka menumpuk harta tanpa memberikan hak-hak fakir miskin sesuai dengan ketentuan agama.

Dari Abu Hurairah meriwayatkan hadist yang sangat panjang sebagian teksnya sebagai berikut : "Tiada seorangpun yang menyimpan harta dan tidak mau mengeluarkan zakatnya melainkan akan dipanaskan harta itu di neraka jahanam sampai menjadi kepingan logam lalu disetrikan ke kedua pinggang dan keningnya. Begitu seterusnya (selama berada di padang Mahsyar) di mana suatu hari sama dengan lima puluh ribu tahun , sampai saatnya Allah mengadilinya. Setelah itu baru ditentukan nasibnya apakah ia masuk syurga atau masuk neraka...".

Dalam hadits yang lain Nabi SAW menceritakan bahwa harta yang disimpan itu kelak di hari kiamat akan menjelma menjadi seekor ular botak , diatas kedua matanya ada warna hitam (menunjukan bahwa ular tersebut banyak mengadung racun). Lalu ular tersebut melilit ditubuh pemiliknya, dan siap menerkamnya, sambil berkata: "aku hartamu yang kamu simpan didunia"

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8) 

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (1) sampai kamu masuk ke dalam kubur. (2) Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), (3) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. (4) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, (5) niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, (6) dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. (7) kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (8).” (QS. At Takatsur: 1-8)