Monday, November 4, 2019

FENOMENA SUAMI YANG ZALIM TERHADAP ISTERI

Akhir-akhir ini dalam pergaulan aku lebih membaur. Tidak lagi hanya dengan orang-orang yang itu-itu saja. Banyak manfaat dengan membuka sayap alias memperluas pergaulan ini. Setidaknya membuat mataku terbuka lebar melihat fakta kehidupan dan menjadikan aku semakin bersyukur. 
 
Aku yang selama berumah tangga memiliki pengalaman yang sangat menyakitkan oleh seorang suami. Sudahlah tidak bertanggung jawab dengan nafkah keluarga, ditambah lagi kalimat cacian dan makian yang aku terima. Di saat dia sedang dalam keaadaan gundah dengan kondisi dan permasalahan keluarga besarnya yang saling memperebutkan harta warisan, atau disaat dia mendapat hasutan-hasutan dari saudara perempuannya semua itu dilampiaskan pada aku dan anak-anak. 
 
Makian. cacian, bentakan dan pengusiran sudah jadi makanan sehari-hari. Kondisi psikis aku yang selalu tegang setiap akan melangkah masuk ke rumah sehabis pulang kerja. Aku bahkan selalu berusaha untuk tidak dekat-dekat dengannya, atau aku malah senang jika dia dinas ke luar kota. Sikapnya sangat temperamen sulit diprediksi. Bisa saja sedang ngobrol baik-baik tiba-tiba dia bisa meludahi, menampar bahkan mencakar mukaku karena tersinggung dengan kalimatku. Padahal menurut aku kalimat itu sama sekali tidak menyinggung. 
 
Aku bersyukur karena pada akhirnya aku mempunyai keberanian untuk bercerai. Mengesampingkan rasa takut dan khawatir yang selama ini menjeratku. Takut, malu, kasihan anak-anak. Khawatir perkataan orang.... Setelah memohon petunjuk Allah, aku berani menggugat cerai. 
 
Ternyata tak sampai disitu kekejian laki-laki itu. Setelah 5 tahun berpisah dia kembali datangkan cobaan buat aku. Aku diajukan secara pidana dengan tuduhan penganiayaan terhadap anak-anak. Dengan segala taktik dan cara dia aku dijatuhi hukuman 6 bulan dengan masa percobaan 1 tahun. Anak-anak direbut dan dipisahkan. Dicuci otak untuk membenci ibu kandungnya. 10 tahun telah berlalu akhirnya aku menjadi wanita tangguh, ikhlas...dan pasrah tanpa rasa benci dan dendam. 
 
Meskipun semua menyakitkan aku segera menyadari bahwa keaadaan menjadi lebih baik untuk aku dan keluargaku setelah peristiwa penjarakan aku dan perebutan anak. Aku jadi lebih baik dari segala sisi. Aku bisa beribadah dengan baik, ikut majelis taklim kapanpun, keadaan ekonomi yang mapan dan sebagainya. 
 
Namun faktanya dalam dunia ini bukan hanya aku yang mengalami kedzaliman dari seorang suami. Hal ini seakan menjadi fenomena yang lumayan trending saat ini. Dalam lingkup kecil RT dilingkungan aku tinggal ada beberapa alias lumayan banyak yang mengalami hal serupa. Fakta hidup yang diakibatkan oleh keegoisan, kekejaman dan kedzaliman dari seorang makhluk yang disebut laki-laki. Ini beberapa korban yang aku tahu saja karena aku kenal dekat: 
 
1. Sebut saja Sarah yang suaminya berselingkuh dengan tantenya hanya karena CLBK (Cinta Lama Belum Kelar). Suaminya sudah berselingkuh selama bertahun-tahun dan sudah menikah secara siri bersama tantenya sejak tahun 2012. Yang lebih tega lagi malah isteri siri ini dibuatkan rumah dalam satu komplek yang sama dengan Sarah.  
 
Bertahun-tahun Sarah tidak tahu sama sekali jika dia telah diselingkuhi. Modus ini memungkinkan terjadi karena mereka memang berumah tangga secara LDR (Long Distance Relation). Sarah menetap di Palembang sedangkan karena pekerjaan suaminya menetap di Jambi. Suami hanya pulang seminggu sekali atau bahkan kadang-kadang 2 atau 3 minggu sekali dengan alasan pekerjaan. Jeda waktu yang dia tak pulang (2 - 3) minggu itulah yang dimanfaatkan oleh sang suami mengunjungi rumah isteri kedua yang juga tinggal dalam satu komplek. Jadi sebenarnya dia pulang ke Palembang tetapi tak pulang ke rumah isteri pertama melainkan menginap di rumah isteri kedua. 
 
Sepandai-pandai tupai melompat pasti jatuh juga, serapih-rapih menyimpan bangkai pasti akan tercium juga. Kedok ini terbongkar saat Satpam Komplek menyatroni rumah sang wanita kedua di saat sang suami menginap disana. Sudah lama Satpam Komplek memperhatikan ada mobil dan seorang laki-laki yang masuk ke rumah wanita kedua, padahal status wanita itu adalah seorang Janda. Akhirnya karena dipergoki oleh Satpam maka terbongkarlah semua kedok mereka. Terungkaplah bahwa mereka sudah menikah secara siri selama 7 tahun lalu. 
 
Terlalu.... ! Sarah yang syok...terpukul. Mata bengkak karena menangis berhari-hari. Badan kurus kering karena makan hati. Suami yang egois lebih mementingkan wanita kedua. Sedangkan wanita kedua merasa dia bukanlah perebut suami orang melainkan mendapatkan apa yang selayaknya memang dia dapatkan dari dulu. Karena sebenarnya sang suami dan wanita itu sejak masih SMA telah berpacaran dan saling mencintai, tetapi pihak keluarga memaksa dan menjodohkannya dengan Sarah yang notabene adalah keponakan (bukan keponakan langsung). Sarah sendiri tak pernah tahu tentang jalinan cinta mereka menerima saja perjodohan ini. 
 
Bertahun-tahun menikah dan telah mempunyai anak yang sudah sangat dewasa. Dan sang wanita kedua juga menikah dengan pria lain namun diceraikan suaminya karena tak dapat memberikan keturunan. Aku yang mendengarkan kisah ini sangat miris dan berkali-kali beristighfar. Bertanya-tanya, apa sebenarnya yang diinginkan laki-laki itu...kesenangan nafsunya sematakah??? Cinta...Cinta??? Tanpa menimbang rasa perasaan isterinya yang telah memberikannya anak-anak yang sudah dewasa. 
 
Yang lebih membuat aku terharu Sarah lebih memilih diduakan dan menderita daripada bercerai karena dia hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa dan tak memiliki pekerjaan. Subhanallah..! Bertahan dalam kepedihan hanya karena takut tak punya nafkah. Berkali-kali masuk rumah sakit karena maag akut, dan suami sama sekali tak pernah pulang untuk menjenguk isteri yang sedang dirawat di RS. Terlalu kejam....! 
 
2. Lalu cerita kedua, sebut saja namanya Yani. Versi cerita hampir sama sang suami adalah laki-laki pengusaha yang kaya raya, hobby main perempuan. Sudah punya 3 isteri termasuk Yani, tetapi masih sering selingkuh. Yani sebagai isteri pertama memilih tetap bertahan hanya karena dia ibu rumah tangga yang tak punya penghasilan sama sekali. Yang penting dia bisa hidup mewah. Pakaian, tas, sepatu branded mampu dia beli dengan nafkah dari suaminya. Namun secuek-cueknya wanita, sekuat-kuatnya wanita ada titik jenuh dan bosan mengalah juga. Hingga suatu ketika dia ingin balas dendam dengan suaminya dengan cara berselingkuh juga. 
 
Baru sedetik berselingkuh kedok Yani tercium oleh suami dan kini dia sedang menghadapi tuntutan di talak oleh suaminya. Badan kurus kering, mata bengkak karena air mata, akhirnya dia tetap akan ditinggalkan oleh kedua laki-laki, suami dan selingkuhannya. Laki-laki memang egois, jika dia berbuat jahat berkali-kali bisa dimaafkan tetapi ketika wanita yang bersalah tak ada ampun lagi baginya. 
 
3. Lantas wanita ketiga yang aku kenal sebut saja Devi. Wanita yang memiliki suami pengangguran, pemabok dan kasar. Kebutuhan hidup untuk rumah tangga dan anak-anak yang sedang membutuhkan dana banyak (iyalah 2 orang anaknya duduk di bangku kuliah dan diluar kota dan 1 orang anak masih SMA. Kebayangkan biayanya ) Devi lah yang menanggung semua biaya kehidupan itu. Aku tak mau terlalu kepo dengan dia. Kulihat hidupnya yang mewah, dandanan masa kini dan tergabung dalam sosialita berkelas. Aku tak tahu dari mana dia dapat semua biaya itu. Ada yang bilang orang tuanya memang kaya dan dia punya warisan yang banyak. Ada yang bilang dia dapat uang jasa karena dekat dekat laki-laki sosialita juga. Wallahu a'lam. 
 
Yang aku ambil kesimpulan dia bertahan hidup dan menghidupi anak-anaknya dengan caranya. Apapun itu! Aku suka dengan sifatnya yang cuek dan sama sekali tak pernah gibah. Dia sempat cerita dia sudah minta dicerai oleh suaminya tapi ditolak dengan ancaman akan dibunuh jika minta cerai. 
 
4. Wanita keempat  dialah saudara sepupuku, sebut saja Yuni. Puluhan tahun bertahan, mengalah dan pura-pura tidak tahu dengan tingkah polah seorang suami yang doyan dengan wanita lain. Baik itu rekan kantor, maupun wanita penghibur. Yuni tahu semua perbuatan suaminya. Namun dia menutup mata dan pura-pura tidak tahu hanya karena tidak mau ribut besar dengan suami yang temperamen. Suaminya adalah laki-laki ular berkepala 2. Dimata semua orang terlihat sebagai laki-laki baik, soleh dan sejuta kebaikan palsu yang dia tampilkan. Padahal tak lebih sebagai laki-laki pelacur yang meniduri isteri orang dan wanita penghibur. Sebenarnya bukan cuma Yuni yang mengetahui belang laki-laki ini. Rekan sekantor, tetangga, teman dekan sudah sering sekali memperingatkan atau menginfokan hal ini pada Yuni. namun Yuni tak pernah menanggapi bahkan menepis aduan mereka dengan senyum manis meskipun dia juga sudah tahu pula. 
 
Sampai seluruh orang mengatakan Yuni "bodoh". Sakit dan air mata darah yang disimpannya. Sampai titik kulminasi itu tiba, lelaki ini tergila-gila dan menjalin ikatan mesum dengan mantan rekan SMA nya yang ditemukannya saat reunian (kembali lagi cerita CLBK). Dalam kasus ini rumah tangga Yuni benar-benar diujung tanduk. Kacau dan hancur. Dia minta cerai namun sang suami tak mau menceraikan. Selain itu instansi tempat mereka bekerja tidak mudah mengeluarkan izin untuk mengajukan perceraian. 
 
Namun Allah mengakhiri kemelut ini dengan caraNya. Suatu hari saat laki-laki ini sedang berbuat mesum dengan wanita selingkuhannya ini didalam mobil pribadinya yang diparkir dipinggiran jalan yang sepi. Tiba-tiba anak laki-laki sang wanita yang sudah sejak lama mengintai perbuatan mereka memergoki denngan menghantam kaca mobil. Fakta ini mengehbohkan. Surat kabar daerah memberitakannya, betapa tidak sang laki-laki alias suami Yuni adalah pejabat di suatu instansi. 
 
Dengan fakta ini dengan sangat mudah pimpinan si laki-laki maupun Yuni (mereka bekerja dalam satu intansi) membubuhkan tanda tangan setuju di surat pengajuan gugat cerai yang dibuat Yuni. Beakhir sudah kepahitan yang dirasakan Yuni. meski di awal kondisi fisik dan psikis Yuni dan anak-anaknya terpuruk, namun seiring waktu semua sudah terecovery saat ini. 
 
Dari berbagai cerita yang aku alami dan aku dapat di depan mata aku melihat sekarang sepertinya sudah menjadi trend dan suatu kebiasaan seorang laki-laki menjadi tulang rusuk isteri, dan isteri menjadi tulang punggung keluarga. Terlalu banyak diluaran sana seorang wanita bertahan dijajah, disakiti, diselingkuhi hanya karena tak mampu mencari nafkah. Betapa banyak laki-laki yang tidak punya rasa malu menjadikan isterinya sapi perah dan tulang punggung keluarga. Betapa banyak wanita bertahan dalam kesakitan dan kepedihan hanya karena takut dan malu jika harus bercerai. 
 
Dalam Al-Qur’an Surat An- Nisa’ ayat 34 disebutkan, bahwasannya kaum lelaki (suami) adalah pemimpin bagi kaum wanita (istrinya). Seorang suami dituntut untuk bisa mendidik, melindungi, serta selalu menegakkan kebenaran dalam kehidupan rumah tangganya. 
 
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassama pernah bersabda yang artinya “Yang terbaik dari kalian adalah yang terbaik akhlaknya atau perlakuannya terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi) 
 
Imam Baqir pernah berkata, “Barangsiapa menikahi seorang perempuan maka wajib baginya memuliakannya, sebab istri seseorang dari kalian adalah sarana kebahagiaan kalian. Oleh karena itu istri tidak boleh direndahkan dan dirusak dengan mengabaikan hak-haknya untuk mendapat pemuliaan.” [Bihar al Anwar, jilid 103, hal. 224) 
 
Ada dua dosa yang disegerakan azabnya oleh Allah SWT kata Nabi yaitu Al-Baghyu dan durhaka kepada orangtua. Apa al baghyu itu? Al baghyu adalah berbuat zalim dan sewenang-wenang, menindas dan menganiaya orang lain. Dan Al Baghyu yang paling dimurkai adalah zalim terhadap isteri sendiri. 
 
Diantara bentuk Al Baghyu adalah menelantarkan istri dengan tidak memberikan nafkah, menyakiti dan meremukkan hatinya, merampas kehangatan cintanya, melecehkan dan merendahkan kehormatannya, mengabaikan keinginan-keinginannya, menyingkirkannya dalam pengambilan keputusan dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama kita. Tidak sedikit dari kita yang menjadi saksi mata akan bukti nyata ampuhnya hadits Nabi tersebut, bahwa mengabaikan hak istri akan disegerakan azabnya. Nauzubillah! 
 
Rumah tangga yang harmonis dimulai dari kesadaran oleh seorang suami bahwa sangat tidak terhormat seorang laki-laki yang tidak mampu menghormati perempuan, sebagaimana yang pernah disabdakan Nabi. Hormati istri kita, agungkan, muliakan, jangan abaikan haknya untuk memperoleh kehangatan dan kebahagiaan, jangan rampas cintanya, jangan patahkan hatinya, jangan hancurkan harapannya untuk terus hidup bahagia bersama kita. 
 
Kehidupan rumah tangga dalam Islam seharusnya jauh dari kekerasan yang bisa menyakiti pasangan. Kekerasan yang dimaksud bukan hanya kekerasan fisik, melainkan kekerasan psikis (menyakiti hati pasangan) dan kekerasan verbal (dengan mencaci maki). Suami yang mengabaikan istri dan tidak bertanggung jawab penuh terhadap kehidupan istrinya adalah suami yang zalim. Padahal sudah menjadi kewajiban suami memenuhi semua kebutuhan istrinya. Namun masih ada saja suami yang berbuat zalim dengan lepas tangan setelah menikahi seorang wanita. 
 
Dan teruntuk para wanita, aku pernah mendengar ceramah ustadz Syafiq Riza Basalamah, yang membahas materi serupa dengan cerita yang telah kutuliskan diatas. Pesan yang disampaikannya adalah Pesan untuk para wanita yang jika terdzolimi oleh suami secara terus menerus jangan takut ambil keputusan. 
 
Bagi para wanita yang mendapati suaminya tidak sholat, melakukan kemaksiatan seperti berzina dan sebagainya, namun dia bertahan karena dia takut menjadi janda adalah langkah yang salah. Seharusnya dia takut Allah murka. Karena kebanyakan wanita jika berbicara masalah perceraian, maka akan berbicara mengenai masa depan dirinya. Jika dia seorang wanita dia akan menjadi janda. Jika dia mempunyai anak dia akan berpikir tentang masa depan anaknya. 
 
Tapi terkadang perceraian harus terjadi karena perkara-perkara yang tidak bisa dihindari. Yang harus diutamakan adalah bertaqwa kepada Allah. Jangan khawatirkan masa depan karena Allah yang akan menentukan, Allah yang akan menjamin. Jika bicara gaji itu rezeki yang tidak disangka-sangka dan jika bicara pemberian oleh suami itu rezeki yang disangka-sangka. 
 
Jadi wahai wanita yang dalam kepahitan dan penderitaan panjang. Bermunajatlah pada Allah. Namun jangan sampai kalian mempertahankan kepahitan dan kesakitan ini hanya karena khawatir tentang nafkah, dan rezeki. Sandarkanlah semua pada Allah. Aku telah membuktikannya dalam pengalaman hidup, perceraian memang hal yang sangat dibenci oleh Allah, namun kadangkala perceraian adalah hal terpaksa yang harus diambil untuk keadaan yang lebih baik. Dan soal rezeki jangan takut dan khawatir Allah akan menjamin. Wallahu' alam bissawab!