Sunday, April 29, 2018

WANITA BERCADAR

Alhamdulillah...ini starting point yang cukup nekad bagiku, Sabtu tanggal 28 April 2018 aku resmi menyatakan diriku wanita bercadar. Entah mengapa momentnya selalu April ya? Dulu pertama kali aku berjilbab juga bulan April, tepatnya 5 April 2005. Ada perasaan yang luar biasa yang tak bisa aku lukiskan dengan kata-kata. Campur aduk..... Sebuah pengalaman yang sangat mengena di jiwaku. Karena apa ini pertama kali aku ber”cadar” di Indonesia.  

Sebenarnya kemaren selama umroh aku sudah mulai belajar mengenakan cadar. Tantangannya tidak besar. Selama 15 hari umroh aku kontinu bercadar. Semua biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa, karena seluruh jamaah yang sedang berumroh sebagian besar bercadar. Jadi wajar... 

Namun kemaren rasanya sangat penuh tantangan. Mulai saat aku keluar komplek perumahanku, pak Satpam menatap kaget. Lantas tiba di parkiran masjid Taqwa tempat aku mengikuti taklim, juru parkir yang sudah langgananpun menatap aneh ke arahku. Masuk ke dalam masjidpun mengambil saf jamaah lain menatap dengan pandangan aneh yang tidak bisa aku lukiskan. Namun ada yang menenangkan ketika sang ustadz yang sepertinya hafal jika aku adalah makhluk yang selalu setia duduk pada posisi yang sama saf ke-4 tengah depan telah berhijrah. Aku tahu kalimat-kalimat yang menegarkan, menenangkan itu ditujukan buat aku. Beliau menasehati jamaah dan juga kita sebagian besar sesama muslim untuk tidak mencibir/mengolok-olok seseorang yang berhijrah ke tingkat yang lebih berani sebagai contoh mulai ber”cadar”. Kita mestinya bangga dan bersyukur pada seseorang itu. Kalimat itu berkali-kali diucapkannya dengan berbagai perumpamaan. Jakallahu khairan ustadz, kalimat itu menenangkanku, karena membuat ibu-ibu agak sedikit berkurang menatapku aneh. 

Lanjut lagi pengalaman hari pertama itu. Pulang pengajian aku harus ke PTC untuk belanja bulanan. Luar biasa perasaan yang harus aku tata pada hatiku. Begitu banyak mata memandang aneh, ada yang terang-terangan, ada yang melirik dengan sudut matanya saja. Berbagai macam expressi, bahkan ada yang lucu ketika aku melihat seorang anak bayi yang sudah mulai bisa berjalan, ketika aku memilih belanjaan di area sabun. Anak itu sampai muterrr dan berusaha menatap aku lekat-lekat. Oleh Abinya anak tersebut diambil dan digendong, tapi dia balik menoleh lagi mencari aku dan menatap wajahku. Aku berpikir papanya juga punya landasan agama yang baik karena ketika dia membahasakan diri buat anaknya itu “Abi”. Karena aku terpana dengan sikap si bayi aku menyeletuk pada abinya “Kenapa nak? Takut atau aneh ya dengan cadar???”. Abinya mengatakan “tidak umm” sambil menggendong anaknya pergi. 

Itulah pengalaman yang sangat berkesan di hari pertamaku ber”cadar”. Sebenarnya sudah cukup lama hasrat dan keinginan aku untuk bercadar, sekitar tahun 2013. Kala itu niat bercadarku hanyalah untuk melindungi diri. Aku menjadi takut karena terlalu banyak laki-laki yang terkagum-kagum padaku, mengejar, naksir dan sebagainya. Aku bertanya pendapat orang lain, mereka bilang aku cantik. Padahal aku sudah melindungi diri dengan berjilbab syar’i, no make up dan pakaian longgar. Dengan statusku yang “Janda” aku menjadi sangat takut dengan situasi ini. Aku tak ingin menjadi incaran para lelaki jalang Saat itu aku inginnnn sekali bercadar biar laki-laki tidak dapat melihat parasku, tidak mengenalku, bahkan mungkin aku berharap mereka takut dengan penampilanku. Namun saat itu banyak sekali sumbang saran yang melarang dengan berbagai macam alasan. Akhirnya untuk menghindari kejaran laki-laki saat itu aku memakai masker. 

Disamping itu niatku untuk bercadar pada awalnya juga adalah untuk menghindari mulut nyinyir. Apa maksud kalimatku ini? Ini dimulai oleh masa laluku yang sangat menyakitkan. Perceraian, perebutan anak, fitnah kalimat anak-anakku, mantan suami, istri baru sang mantan adalah hal terburuk yang ingin aku kubur dalam-dalam dan buang jauh-jauh. Sejauh ini aku bisa! Tapi kadangkala borok bernanah itu kembali menganga, di saat aku bertemu dengan orang-orang nyinyir yang ada di sisi dia. Yang seakan-seakan simpati terhadapku namun sebenarnya membunuh dengan kalimat-kalimatnya. Ketika aku bertemu orang-orang ini, orang-orang masa lalu yang usil ini, mengungkit lagi cerita lalu. Memberikan info macam-macam yang pada akhirnya membuat aku menangis lagi. Sudahlah....aku tak mau mengungkit itu lagi. Semua sudah “END”. Nah aku berpikir dengan menutup seluruh diriku sampai ke muka jelas sekali orang tak dapat mengenali aku lagi. Jadi tak perlu lagi banyak bicara. Ini aku buktikan kemaren tak ada orang yang mengenali aku saat di PTC. Muslim seorang karyawan yang cukup dekat saat rekruting dulu berdiri bersisian saat beli pewangi mobil tak sedikitpun mengenali aku. Alhamdulillah misiku berhasil. 

Dan waktuku bergulir.... aku makin banyak belajar tentang ilmu yang berkaitan dengan fiqih, sunnah dan sebagainya. Sedikit demi sedikit aku makin mengerti tentang hukum cadar. Aku juga berharap dengan bercadar hanya laki-laki yang iman dan akhlaknya yang sudah baik saja yang berani mendekat. Sejak makin paham hatiku semakin bergetar jika melihat perempuan bercadar yang belakangan ini sudah semakin banyak. Bahkan jika aku belanja ke PTC aku berdetak melihat wanita bercadar. Aku mau seperti dia. 

Pulang umroh keinginanku bercadar makin kuat, aku sudah berencana untuk mengenakan cadar saat ke pengajian rutin hari Sabtu di masjid Taqwa, namun semua masih tertunda-tunda. Yang memberatkan adalah aku tak mau membuka cadar ketika sholat, entah itu sholat tahiyatul masjid atau Dhuha. Karena saat aku membuka niqobku saat sholat justru aku tak mau ada bisik-bisik, ada tatapan aneh. Untuk hal ini aku sampe konsul kesana-sini tentang hukumnya bercadar saat sholat. “Makruh!” Itu saja yang menjadi keberatan aku. 

Tapi entahlah kekuatan dari mana, Sabtu kemarin aku memantapkan hati bercadar apapun rintangannya. Sholat tahiyatul masjid dan dhuha aku menyingkapkan cadarku ke kepala. Aku menutup mata dan hati tentang apa tanggapan orang lain. Agak kaku bahkan mungkin jadi agak kurang khusuk karena aku pengen buru-buru menyelesaikan sholatku. Dan semua itu terlewati. Terlebih lagi kata-kata supporting sang ustadz. Semua sudah ku “proklamirkan” bahwa aku wanita bercadar. Jadi tak mungkin lagi untuk surut ke belakang. Ustadz sudah tahu aku berhijrah, jika aku tak istiqomah aku akan menanggung malu. Lagipula selama bercadar seharian kemaren aku merasa damai dan tenang.  

TENTANG MEMAKAI CADAR 
Cadar atau penutup wajah telah ada di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlepas apakah menutup wajah merupakan suatu yang wajib ataukah sunnah. Bukti adanya ajaran Cadar dalam Islam, kita dapat melihat dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam tentang wanita yang akan berihrom. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda pada para wanita, 

لاَ تَنْتَقِبُ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلاَ تَلْبَسِ الْقَفَّازَيْنِ 
“Wanita yang berihrom itu tidak boleh mengenakan niqob maupun kaos tangan.” 

Niqob adalah kain penutup wajah mulai dari hidung atau dari bawah lekuk mata ke bawah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu ketika menafsirkan surat An Nur berkata, “Ini menunjukan bahwa cadar dan kaos tangan biasa dipakai oleh wanita-wanita yang tidak sedang berihrom. Hal itu menunjukan bahwa mereka itu menutup wajah dan kedua tangan mereka.”

Wajibkah Mengenakan Cadar? 
Muncul beberapa pertanyaan dalam masyarakat, khususnya yang beragama islam. Apakah memakai cadar hukumnya wajib? Dalam kita suci Al-quran, hukum wanita becadar dan hukum memakai jilbab ada beberapaa ayat mengenai aturan menutup aurat bagi wanita dan mengenai perintah berjilbab. Allah memerintahkan untuk menutup auratnya bagi wanita. 

Banyak terjadi pro dan kontra mengenai hal bercadar ini. Sebenarnya bercadar sudah ada sejak zaman Nabi, wanita-wanita sholeha pada zaman Nabi menggunakan cadar. Ada beberapa surat dalam Al-quran yang membahas tentang menutup aurat dan memakai kerudung atau jilbab bagi wanita 

Allah Ta’ala berfirman, 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا 
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang-orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilababnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak digangggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab 33: 59). 

Ayat ini dalam pendapat beberapa ulama di terjemahkan dalam pemahaman yang berbeda. Ada yang berpendapat menutupi wajah (cadar) itu wajib, dan sebagaian lagi berpendapat tidak karena ada ayat yang menyatakan bahwa aurat wanita seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Jilbab bukanlah penutup wajah, namun jilbab adalah kain yang dipakai wanita setelah memakai khimar. Sedangkan khimar adalah penutup kepala.  Allah Ta’ala juga berfirman, 

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا 
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya.” (QS. An Nuur 24: 31). 

Berdasarkan tafsiran Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Atho’ bin Abi Robbah, dan Makhul Ad Dimasqiy bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan.  

Dari tafsiran yang shohih di atas dapat disimpulkan bahwa wajah bukanlah aurat. Jadi, hukum menutup wajah adalah sunnah (dianjurkan). Dari sumber dan beberapa pendapat akupun menyimpulkan bahwa ber"cadar" adalah sunnah. Namun aku selalu ingat nasihat ustadz jika kelak di hari akhirat kita menginginkan bersama dengan Rasulullah , maka akan sangat baik kita menghidupkan sunnah. (Diantaranya laki-laki memelihara jenggot, dan wanita bercadar dsb). 

Saat ini proses hijrahku mungkin belum sempurna, aku baru mengenakan cadar saat pergi ke pengajian atau di tempat-tempat umum dulu. Sedangkan ke kantor atau ke pertemuan komunitas RT aku masih belum siap. Kalau di kantor memang dilarang, sedangkan di komunitas aku tak ingin menjadi pergunjingan, namun insyaa Allah aku berniat memakai cadar dalam seluruh aktifitas hidupku. Untuk kebiasaanku yang seperti ini aku berusaha mencari dalil tentang buka tutup cadar. Aku takut berdosa sebagaimana hukum muslimah yang buka tutup jilbab dianggap menghina agama. Kudapatkan artikel di bawah ini yang menyemangati dan menguatkan aku.

Terkadang memakai cadar dan terkadang tidak memakai cadar 
Jika meyakini hukumnya sunnahnya. Jika tidak bisa memakai cadar seterusnya maka tidak ada salahnya jika selang-seling memakainya. Memakainya di tempat dan suasana yang mendukung dan melepasnya di tempat dan suasana tidak mendukung. Sebagai contoh , 

-Jika di lingkungan keluarga dan kerabat dilarang oleh orang tua, maka silahkan dilepas. Tetapi ketika keluar rumah silahkan memakainya. 
-Jika di kampus atau di kantor dilarang memakainya, maka silahkan dilepas. Tetapi ketika ke pasar dan ke tempat kajian silahkan memakainya. 

Karena Islam mengajarkan tidak perlu menunda sesuatu karena ingin sempuna sekali. Jika hanya bisa meraih setengahnya maka jangan ditinggalkan semuanya. Sesuai dengan kaidah fiqhiyah, 

ما لا يدرك كله لايترك كله 
“sesuatu yang tidak bisa dicapai seluruhnya jangan ditinggal seluruhnya” 

Begitu juga perintah Allah agar kita bersegera dalam kebaikan, Allah Ta’alaberfirman, 

فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ  
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan” 

وكان ابن عمر رضي الله تعالى عنهما يقول: إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك. رواه البخاري 
Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” 

Banyak jalan menuju surga Jika ingin memakai cadar tidak mesti memakai cadar lengkap dengan purdahnya, kemudian memakai pakaian serba besar berwarna hitam. Karena tujuan cadar adalah menutup wajah yang merupakan salah satu bagian yang paling dinikmati oleh laki-laki, maka apapun yang digunakan untuk menutup muka maka boleh-boleh saja. Misalnya slayer dan masker penutup muka. Para wanita bisa menggunakan slayer untuk menutup wajah mereka. Sehingga hampir mirip fungsinya dengan cadar. Dan kesan orang memakai slayer tentu berbeda kesan orang memakai cadar. Karena slayer sudah dianggap biasa di masyarakat kita. Akan tetapi fungsinya hampir sama dan bisa diniatkan untuk melaksanakan sunnah, yaitu menutup wajah. Karena memakai slayer atau masker adalah wasilah/sarana dan hukum wasilah sesuai dengan hukum tujuannya yaitu menutup wajah, selaras dengan kaidah fiqhiyah. 

الوسائل لها أحكام المقاصد 
“wasilah/sarana sesuai dengan hukum tujuannya” 

Bertahap dalam menuju kebaikan 
Terkadang dalam melaksanakan sesuatu butuh proses, begitu juga dalam amal dan dakwah. Bagi yang belum mantap memakai cadar lengkap dengan purdahnya, maka bisa memakai slayer atau masker dulu, begitu juga jika belum siap memakai seterusnya. Bisa jadi dengan perlahan-lahan hanya memakai slayer maka perlahan juga keimanan bertambah di hatinya dan ketentraman hati serta manisnya ketaatan mendorongnya untuk tegar dibalutan cadar dan purdahnya untuk seterusnya. 

Begitu juga dengan lingkungan dan masyarakat sekitar yang memang belum siap sekali dengan cadar, diharapkan mereka perlahan bisa menerima cadar, setelah melihat bahwa orang yang bercadar ternyata tidak tertutup, seram, kaku serta menutup diri total dari masyarakat. Cara bertahap bisa kita lihat dalam bertahap pengharaman khamer dan penetapan wajibnya puasa. 

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata, 

هذا التدرج باق عند الحاجة إليه ، ولا شك أن الشارع تدرج في تشريع الأحكام رحمة بالناس ، وترغيبا لهم في القبول ، ومن ذلك تدرجه في شريعة الصيام ، وتدرجه في تحريم الخمر ، وذلك من أجل الرحمة بالناس وعدم المشقة عليهم ، وهذا التدرج مطلوب عند الحاجة إليه في كل زمان 
“Metode bertahap tetap berlaku ketika dibutuhkan, tidak diragukan bahwa syari’at bertahap dalam menetetapkan hukum sebagai rahmat bagi manusia dan motivasi agar bisa menerima. Contohnya seperti pensyari’atan puasa, pengharaman khamer. Hal ini karena sebagai rahmat bagi manusia dan menghilangkan kesusahan bagi mereka. metode bertahap ini dituntut ketika ada kebutuhan di setiap zaman.” 

Semoga sunnah ini tidak punah dan terasing. Kita tentu ingin melihat umat Islam kembali ke ajaran Islam yang benar, kembali ke masa kejayaan Islam. Kita tentu ingin melihat pemandangan sekumpulan gagak-gagak hitam sebagaimana yang diceritakan oleh Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, beliau berkata, 

لما نزلت: يدنين عليهن من جلابيبهن خرج نساء الأنصار كأن علي رؤوسهن الغربان من الأكسية 
Ketika turun firman Allah (yang artinya), “Hendaknya mereka (wanita-wanita beriman) mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” [Al-Ahzab :59] wanita-wanita Anshar keluar seolah-olah pada kepala mereka terdapat burung-burung gagak karena warna (warna hitam-red) kain-kain (mereka). 

Apapun niat awal aku ingin bercadar bukanlah hal yang penting, namun kini aku merasa nyaman dengan cadarku. Aku membutuhkannya. Aku berharap akan segera bisa sempurna berhijrahku, dengan mengenakan cadar dalam keadaan apapun tanpa takut dan khawatir akan cibiran dan penilaian manusia. Ya Allah semoga aku istiqomah. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. 

Catatan :
Dalil penguatku dan pendukung di dapat dari berbagai sumber. Wallahu a;lam bishowab.


Wednesday, April 25, 2018

HARTA DUNIA AKAN HABIS

Hari ini ada banyak hikmah yang aku ambil sebagai pelajaran dan muhasabah diri. Sungguh aku sangat terkesan sekali. Ceritanya aku melayat seorang paman sepupu (apa sih namanya...nenek pamanku yang meninggal ini dua beradek dengan nenek ibuku), jadi paman sepupukan? Karena papa dan mama sudah almarhum maka jadilah kami dua beradek yang mewakili papa dan mama dalam rangka menyambung tali silahturahim. Beliau meninggal karena sudah hampir setahun mengidap kanker usus. 

Hubungan kekeluargaan dengan om X ini duluuuuuuu.... sangat baik dengan keluarga kami. Bahkan dulu saat aku masih berusia sekitar 3 – 4 tahun mama sering nitipin aku buat dijagain oleh Om X dan adeknya om Y. Aku masih ingat dulu aku digendong-gendong oleh mereka. 

Yang lebih kuingat lagi keluarga pamanku ini adalah keluarga yang sangat kaya. Bapaknya adalah pejabat besar dan ternama di suatu daerah kabupaten (kepala pajak kalau tak salah). Jadi memang keluarga mereka hidup dengan bergelimang harta. Apapun mereka punya. Di jaman tahun 70-an, rumah mereka megah, bertingkat, luas dan mewah banget. Mobil yang saat itu masih langka dimiliki orang, mereka bahkan punya lebih dari satu (setiap anak punya satu mobil). Dulu sejak masih anak-anak bahkan sampai tamat SMA dan saat awal sudah bekerjapun masih lumayan dekat dengan mereka. Bahkan malah sempat mau dijodohkan dengan salah satu anak nenek alias pamanku itu. 

Saat itu meski usiaku masih belia aku sudah punya prinsip hidup yang baik, sesuai ajaran mama dan papaku, aku menolak perjodohan itu (yang menjodohkan itu keluarga mereka bukan mama dan papa) karena aku tidak merasa klop tentang “agama” keluarga mereka. Itu saja. Meskipun paman yang mau dijodohkan dengan aku punya pekerjaan dan jabatan yang lumayan, bahkan paman itu yang paling baik diantara anak nenek yang lainnya. 

Meski masih belia, namun karena sejak kecil sudah dekat dengan mereka jadi paham apa yang terjadi di dalam kehidupan mereka. Kakek sepupu itu sibuk dengan pekerjaan, sedangkan nenek sibuk dengan pergaulan ibu-ibu jetset dan anak-anaknya hidup dalam limpahan harta dan kekayaan. Sudah tak terhitung lagi anak kakek/nenek alias paman maupun bibik itu kecelakaan mobil masuk rumah sakit, patah kaki, patah tangan. Bergantian yang perempuan dan laki-laki (kakek/nenek punya 9 anak). Seperti tak ada jeranya. Mereka beli mobil baru...tabrakan lagi, masuk rumah sakit tak ada ujungnya. 

Aku masih ingat setiap malam minggu di rumah kakek itu selalu ada semacam pesta (kalau dulu istilahnya disco) dengan musik hingar bingar, lampu kelap kelip, bau alkohol, asap rokok mengepul, muda mudi berpelukan berciuman bebas. Aku dulu suka melihat karena rumah kakek tak jauh dari rumahku dan aku sering main kesana cuma buat numpang nonton televisi (zaman itu televisi masih langka, bahkan sekampungku saja hanya kakek yang punya. Televisipun hanya siaran seminggu sekali yaitu tiap akhir pekan). 

Begitulah kehidupan mereka. Bergelimang harta namun anak-anaknya jadi berantakan. Dari 9 orang anaknya hanya satu yang lumayan baik dalam pendidikannya yaitu om Y yang mau dijodohin ke aku itu. Sampai dewasa anak-anaknya sangat konsumtif dan tidak mandiri, karena memang tidak kerja. Bagaimana mau bekerja wong SMA saja ada yang tak lulus atau jika luluspun karena “nyogok”. 

Sangat kontras dengan keluarga kami yang biasa-biasa saja, tidak kekurangan dan tidak juga terlalu berada, namun karena mama dan papa orang yang sangat “keras dan disiplin” dalam mendidik anak , 8 orang anak mama dan papa “jadi orang” semua. Mendapat pendidikan yang lumayan tinggi (kalau istilah orang dulu “sarjana”) dan memiliki pekerjaan yang mapan. Melihat kondisi keluargaku ini kakek/nenek, bahkan salah satu anak kakek yang perempuan yaitu bik M kagum dan selalu berusaha buat menjodohkan anak/adiknya dengan anggota keluarga kami. Mulai dari aku, lantas adekku yang cowok, sayangnya kami kok tidak mau. Kalau aku alasannya yang tadi sudah kusebutkan. 

Entah tahun berapa aku sudah lupa, bahkan akupun sedang tidak tinggal di Palembang (dulu aku seolah di Bogor), Kakek itu meninggal (kalau nenek alias istrinya sudah lama meninggal karena kanker rahim, aku masih SD kalau tak salah). Saat kakek meninggal meninggalkan banyak harta, rumah besar dan megah, uang, mobil dan juga anak-anak yang belum mandiri meski sudah sangat dewasa dan bahkan sudah berkeluarga yang punya pola hidup sangat konsumtif. Itu saja yang aku ingat saat itu. 

Akhirnya karena kami sudah makin dewasa, sibuk dengan urusan masing-masing bahkan anggota keluargaku banyak yang tinggal diluar kota. Kami sudah tidak begitu dekat lagi. Terlebih karena ada sedikit rasa kekecewaan di hati bik M masalah perjodohan anaknya dengan adek ku yang tak direspon oleh adek, membuat dia agak marah bahkan seperti menjauhi keluarga kami. 

Hingga ... sekitar 4 tahun lalu tetanggaku Ely yang bercerita dan berkeinginan menjodohkan aku dengan seorang duda, atasannya di kantor. Cerita punya cerita rupanya laki-laki yang mau dijodohkan dengan aku itu adalah paman ku sendiri. Yaitu om X (hmmm....kalau dulu om Y adeknya sekarang kakaknya...sempitnya dunia ini yah?). Banyak cerita dari Ely tentang om aku itu, tentang tobatnya dia, tentang asal muasal perceraiannya yang disebabkan istrinya tertangkap tangan selingkuh di depan matanya. Panjang.... Akupun paham masa lalu nya dengan pergaulan bebas, kisah pernikahannya dengan sang istri karena sudah hamil duluan 6 bulan. Entahlah aku masih belum welcome meski kata Ely dia sudah sangattt bertobat dan agamais. 

Berita tentang om X itu cuma sampai di situ karena aku “no respon” dengan rencana perjodohan Ely. Dan sampai pagi subuh tadi tiba-tiba Ely nge WA aku, menyampaikan berita duka cita yang mengabarkan bahwa “Om X meninggal dunia”. Aku menanggapi berita itu datar saja, menyampaikan ucapan belasungkawa dan terima kasih atas info Ely. Dan aku menyampaikan berita duka cita itu di group WA Family. Beberapa komentar masuk dari ibu Ade kakak nomer 2 yang bertanya meyakinkan bahwa benarkan yang meninggal itu Om X teman SD dan SMPnya, yang dulu selalu jadi bodyguard dia jika digangguin orang lain. Aku bilang iya. Lalu tiba-tiba Atik adek bungsu komen juga ngajak melayat. Aku pikir bener juga...bukankah kami mewakili papa dan mama almarhum? 

Maka akhirnya kami melayat, ke rumah duka. Rumah duka yang merupakan warisan kakek yang ditinggali oleh sebagian besar anak-anaknya meski sudah berkeluargapun. Rumah itu masih di tempat yang dulu. Tapi aku kaget ketika memasuki rumah itu, rumah yang megah dan berisi barang-barang lux itu sekarang terlihat kumuh, kotor dan isinya seadanya, bahkan catnya sudah sangat pudar. Terakhir aku ke rumah itu sekitar tahun 87 an (saat itu ada kesibukan menjelang pernikahan anak tertua kakek), rumah itu masih mewah dan megah. ... sekarang??? Aku sangat tersentuh dan mataku basah. Terlebih melihat anak-anak om X yang masih sangat belia. Yang bungsu mungkin SMA atau paling tidak masih kuliah, mereka menangis menciumi jenazah papanya, sedangkan mama mereka entah dimana karena sudah lari dengan selingkuhannya. Miris sekali! 

Aku tak bermaksud menceritakan aib orang lain terlebih keluarga dekat sendiri, namun dari rangkaian cerita yang panjang lebar ini aku ingin bermuhasabah atau mungkin berbagi pengalaman atau katakanlah sebagai ilustrasi bahwa harta dunia tidak menjamin hidup kita terhormat. Harta yang berlimpah yang dimanfaatkan di jalan yang keliru menjadi bumerang. Satu lagi pelajaran yang berharga yang aku tarik adalah jangan kau bekali anak-anakmu dengan harta dan kesenangan duniawi tapi bekali dengan iman dan taqwa, dengan ilmu. 

Harta yang berlimpah akan habis juga dimakan masa, dimakan waktu, dan perlu kita ingat bahwa kebahagiaan dunia yang semu itu menipu dan sering kali melalaikan dari akhirat. Allah Ta’ala berfirman, 

إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ 

“Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” [Luqmaan: 33] 

Allah Ta’ala juga berfirman, 

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ 

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Al Hadid: 20] 

Kehidupan ini adalah ujian bagi manusia. setiap umat diuji dengan cobaan yang sesuai dengan keadaan mereka. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِى الْمَالُ 

Sesungguhnya setiap umat memiliki ujian, dan ujian umatku adalah harta

Ketika menjelaskan makna hadits ini, Imam al-Mubârakfûri rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya setiap umat memiliki ujian, maksudnya kesesatan dan kemaksiatan. Dan ujian umat ini adalah harta, maksudnya harta menyebabkan kelalaian. Karena harta bisa melalaikan fikiran dari ketaatan dan bisa menyebabkan lupa akhirat. 

Banyak sekali kerusakan yang ditimbulkan oleh harta yaitu ia semacam kekuatan yang mampu menggerakkan syahwat dan menyeretnya untuk bersenang-senang dengan hal-hal mubah, sehingga bersenang-senang itu menjadi kebiasaannya. Bisa jadi, kesenangannya terhadap harta semakin bertambah besar sementara terkadang dia tidak mampu mencari yang halal, akhirnya terjerumus dalam perkara syubahat ditambah lagi itu melalaikan dari dzikrullâh. Dan tidak ada seorangpun yang lepas dari hal ini. 

Sedangkan kemuliaan (seperti kedudukan dan semacamnya), maka cukuplah sebagai kerusakannya yaitu harta dikorbankan untuk meraihnya, sementara kemuliaan tidak dikorbankan untuk meraih harta. Dan itu merupakan syirik khafi (yang samar). Sehingga dia tenggelam dalam perbuatan riya’, mudâhanah (toleransi dengan mengorbankan agama), kemunafikan dan semua akhlaq yang hina. Maka ini jelas sangat merusak”.

Maka tidak selayaknya bagi seorang muslim, memburu dunia ini dengan segala cara, memperbanyaknya, menyimpan dan menumpuknya tanpa menginfakkannya di jalan Allâh. Karena itu hanya akan menyeret hatinya menuju dunia dan perhiasannya serta memenjaranya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

إِنَّ الْمُكْثِرِينَ هُمُ الْمُقِلُّونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، إِلاَّ مَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ خَيْرًا ، فَنَفَحَ فِيهِ يَمِينَهُ وَشِمَالَهُ وَبَيْنَ يَدَيْهِ وَوَرَاءَهُ ، وَعَمِلَ فِيهِ خَيْرًا 

"Sesungguhnya orang-orang yang banyak harta adalah orang-orang yang sedikit (kebaikannya) pada hari kiamat, kecuali orang yang diberi harta oleh Allâh, lalu dia memberi kepada orang yang disebelah kanannya, kirinya, depannya dan belakangnya. Dia melakukan kebaikan pada hartanya. "

Semoga peristiwa hari ini mampu membuat aku memperbaiki diri. Apapun terjadi Innalillahi wa inna ilaihi rojiun Om X. Semoga Allah menempatkanmu di tempat terbaik. Insyaa Allah husnul khotimah, karena om sudah bertobat beberapa waktu lalu.

Selagi hidup di dunia selalulah berbuat baik dan terus menerus bertobat sebelum kematian datang menjemput

Harta kita berupa rumah mewah dan megah pada khirnya akan habis bahkan tanah seukuran 2x3 meter inilah rumah tempat tinggal kita

Sunday, April 22, 2018

BAHAYA BERSIKAP SOMBONG.

Sombong adalah keadaan dimana seseorang merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memandang dirinya lebih besar/hebat dari pada orang lain, Kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabbnya dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada Allah dalam bentuk ketaatan dan menjalankan perintahNYA. 

Sombong adalah penyakit hati yang dapat menyerang setiap manusia. Sifat ini tidaklah disukai oleh Allah SWT. Sombong adalah watak utama dari Iblis, sebagaimana yang diterangkan dalam banyak ayat di dalam Al Quran. Allah melarang kita memiliki sifat sombong.

”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai(19)”. (QS. Lukman : 31/18 – 19).

Kadang mudah bagi kita untuk menilai kesombongan orang lain tapi sulit sekali untuk mengakui kesombongan diri sendiri yang justru akan menjadi sifat yang mencelakai kita. Untuk itu teruslah bermuhasabah...agar selalu tunduk dan menjauhi sifat angkuh/sombong. 

Dari penelitian beberapa ciri dari orang yang mempunyai sifat sombong/angkuh :
1. Mempunyai akhlak yang kurang baik. 
2. Tidak memiliki sopan santun berbicara bahkan kepada orang yang lebih tua. 
3. Memandang rendah atau meremehkan orang lain. 
4. Menganggap diri nomer satu dan yang terbaik.
5. Kurang amal ibadah dan suka mengejar keduniawian. Jika beramal biasanya hanya untuk pamer/riya agar dipandang baik dan dipuji.
6. Suka mencari dan mencela kesalahan orang lain .
7. Tidak bisa ditegur, apabila ditegur tidak akan ditanggapi.
8. Memilih – milih teman yang dianggap selevel dengannya dan biasanya memiliki pergaulan dengan orang yang sama– sama sombong
9. Susah menerima nasihat, teguran atau kritikan daripada orang lain terutama orang dibawahnya.
10. Merasa diri paling hebat, sempurna, kuat, cantik, berjabatan tinggi, kaya, bijak, mahsyur, dipuji orang, keturunan baik dan sebagainya. Karena perasaan ini mereka yang sombong sangat suka pujian dan gila hormat.
11. Suka memaksakan kehendak dan egois.
12. Susah minta maaf dan senyum pada orang lain.
13. Selalu menonjolkan diri, gengsinya tinggi.
14. Iri hati dan dengki.
15.Tidak ramah dan suka memalingkan muka. 

Penyebab Sikap Sombong  
Banyak hal dan faktor yang menyebabkan seseorang bersikap sombong, antara lain 

1. Faktor Keturunan Yang dimaksudkan dengan faktor keturunan disini dapat dilihat dari berbagai sisi antara lain :
- Seorang anak bisa menjadi sombong karena meniru perilaku kedua orang tuanya yang bersikap sombong, artinya sikap sombong disini diwariskan.

- Adapula orang jadi sombong karena berasal dari keturunan terpandang di masyarakat, seperti keturunan bangsawan, ulama, pejabat dan lain-lain, lantas merasa diri mulia serta memandang orang lain hina dibandingkan dirinya. Sebagai contoh seorang anak yang memiliki orang tua sebagai tokoh besar masyarakat atau memiliki saudara yang sukses berpendidikan tinggi, menjadi membangga-banggakan diri di depan orang lain.

2. Wajah yang cantik dan rupawan, karena wajahnya cantik / tampan kemudian dengan semena-mena mengejek orang lain. Selain itu, orang lain dianggapnya tidak lebih tampan atau cantik daripada dirinya, kemudian ia merasa gagah dengan penampilannya. 

3. Memiliki kuasa / jabatan. dengan posisi struktural yang tinggi pada suatu instansi / lembaga terkadang menjadikan seseorang merasa bangga atas kelebihan dan kualitas pribadinya. Dengan jabatannya ia merasa menjadi orang yang paling wajib dihormati. 

4. Mempunyai bakat, ilmu pengetahuan atau pandai. Bisa jadi kepandaian menjadi pendorong seseorang itu menjadi sombong kerana dia merasa lebih pandai daripada orang lain. Merasa segala ilmu yang didapat adalah hasil jerih payahnya sendiri, lupa bahwa ilmu adalah Tuhan yang memberi

5. Mempunyai harta kekayaan. Dengan harta dan kekayaan yang berlimpah seseorang merasa segala sesuatunya dapat dibeli dengan uang. Ada perasaan mengabaikan Tuhan dan orang lain terutama yang kurang mampu. 

Saudaraku, sebagai manusia kita adalah makhluk yang lemah. Karena itu tak sepatutnya kita merasa diri paling hebat, menguasai ilmu, paling pintar, kaya, cantik, terhormat dan menyombongkan diri di hadapan Allah yang menguasai bumi dan langit.

Rasulullah SAW telah menjelaskan tentang bahaya sifat sombong dan angkuh, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi, beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan (HR. Muslim). 

Akibat angkuh sungguh sangat berbahaya. Lawan dari sifat ini adalah tawadhu. Maka sepantasnya, seorang Muslim menjauhkan diri dari sifat sombong dan menumbuhkan sifat tawadhu. Semoga Allah SWT mengisi dan memenuhi hati kita dengan sifat tawadhu. Mudah menerima kebenaran, dan tidak meremehkan orang lain.

Saudaraku, ingat riwayat masa lalu karena angkuh dan sombong Iblis terusir dari surga dan terlaknat hingga Hari Kiamat, bahkan selamanya. Karena angkuh dan sombong, Firaun ditenggelamkan dalam lautan dan jasadnya dipermalukan sebagai ibrah manusia sejagat. Karena angkuh dan sombong, Qarun dibenamkan ke perut bumi berikut harta dan kekayaannya. Senasib dengan makhluk terkutuk lainnya, kaum ‘Aad, kaum Luth, Tsamud, dan lain sebagainya. Semuanya diazab dengan pedih karena kesombongan dan keangkuhan mereka; memandang rendah para rasul yang diutus kepada mereka. Lebih dari itu, mereka pun menolak kebenaran yang disampaikan para rasul.

Ingatlah janji dan peringatan Allah ini maha benar-Nya. Akibat angkuh dan sombong pasti akan sakit dan menyakitkan, hina dan menghinakan, habis dan menghabiskan. Jadi teruslah bermuhasabah agar tawadhu dan jauh dari sifat sombong/angkuh. Berikut ini beberapa tips untuk menjaga diri dari sikap sombong :

1. Jangan telalu banyak Bicara. 
Bicralah seperlunya saja dan bicarakan hanya hal-hal yang bermanfaat. Dari beberapa penelitian titik awal dari penyakit sombong adalah berawal dari pembicaraan, terlebih lagi saat bicara biasanya seringkali seseorang melebih-lebihkan yang bisa mengarah pada kesombongan. 

2. Bersikaplah rendah hati.
Selalu rendah hati adalah kunci untuk memerangi sifat sombong, tapi perlu diingat! rendah hati bukanlah rendah diri. Maksud dari rendah hati yaitu senang berlaku baik terhadap semua orang dan mampu menerima kelebihan orang lain dan mengakui kelemahan diri sendiri. Selalu menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Sehingga kita tidak berlaku sombong. Sementara itu rendah diri adalah sikap tidak percaya diri, penakut dan menganggap diri lebih jelek dari orang lain, sikap ini tidaklah baik untuk pribadi kita.

3. Jangan merasa dermawan.Lupakan saja pemberian yang telah kita berikan. 
Namun jangan pernah melupakan pemberian orang lain terhadap kita. Jangan mengungkit-ungkit apa pun yang pernah kita berikan kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kita ikhlas memberikan sesuatu kepada orang lain. .

4. Tebarkan senyum dan salam.
Selalu memberi salam, tersenyum dan menyapa kepada setiap orang merupakan ibadah. Maka kita harus bersikap ramah dan tidak sombong. Jauhi sikap memaling muka kita kepada orang-orang sekitar. 

5. Senantiasa Bersedekah
Sering – seringlah bersedekah dan jangan sampai kita karena merasa kaya lalu bersikap kikir dan angkuh. Kita harus sering-sering "melihat orang yang dibawah kita". Sehingga kita senantiasa tidak bersikap berlebihan dalam berbagai hal. Sedekah ini haruslah kita lakukan dengan ikhlas tanpa pamrih.

6. Sering membantu orang lain atau tetangga dapat menumbuhkan jiwa sosial dalam diri sehingga terhindar dari sifat sombong.

7. Mengingat masa lalu anda dahulu, bahwa dulu anda bukanlah siapa – siapa namun berkat kerja keras anda dan bantuan orang lain, anda dapat sukses seperti sekarang.

8. Bergaul dengan orang-orang rendah hati sehingga memungkinkan Anda bercermin dari akhlak dan budi pekerti mereka yang baik. Di samping itu, jauhi teman-teman yang berperilaku buruk dan sombong, di mana memungkinkan peluang sifat sombong dan angkuh tertanam dalam diri Anda.

9. Memperbanyak beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu bersyukur akan segala pemberian Tuhan.

10. Menyadari bahwa di dunia ini bukan kita satu satu nya manusia hebat, Bahkan banyak yang jauh lebih segala nya dari apa yang kita punya saat ini.

11. Jangan selalu melihat kekurangan orang lain dan membanding kan dengan diri kita. Tapi lihat lah sisi baikdari orang lain dan sisi kekurangan dari diri kita sendiri.

Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

,أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).

Saudaraku jika kita sudah memahami hakikat diri kita dihadapan Allah, maka tidak ada manfaat dan untungnya bersikap sombong. Bila terbersit sedikit saja di dalam hatimu perasaan lebih hebat dari orang lain cobalah lihat lah sekeliling mu jika kau masih merasa lebih baik dari sekeliling mu, maka lihatlah alam semesta ini, kau hanya bagian yang kecil seperti debu di padang pasir. Apalagi setelah kau ingat Allah dan kekuasaanNYA, sungguh kita bukan apa-apa. Dari tanah akan kembali lagi ke tanah. 


Wallahu’a’lam bishowab.






Thursday, April 19, 2018

MUSIBAH AKHWAT MEMAKAI CELANA PANJANG

Kita sudah mengetahui bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Itu berarti kaki dan betis wanita adalah aurat yang wajib ditutupi. Di antara syarat pakaian muslimah yang mesti dipenuhi adalah tidak membentuk lekuk tubuh. Nah, pakaian yang tidak memenuhi syarat ini adalah jika wanita berbusana celana panjang, apalagi ketat. Ditambah lagi pakaian celana panjang ini menyerupai pakaian pria. Inilah musibah yang menimpa pada wanita muslimah saat ini. 

Tentang larangan wanita menyerupai pakaian pria di antara contohnya adalah memakai celana panjang. Pakaian tersebut menyerupai pakaian laki-laki dan terlarang berdasarkan hadits berikut, 

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَعَنَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لُبْسَةَ الْمَرْأَةِ وَالْمَرْأَةَ تَلْبَسُ لُبْسَةَ الرَّجُلِ 

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang berpakaian wanita dan wanita yang berpakaian laki-laki.” (HR. Ahmad no. 8309, 14: 61. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, perowinya tsiqoh termasuk perowi Bukhari Muslim selain Suhail bin Abi Sholih yang termasuk perowi Muslim saja). 

Syaikh Abu Malik -semoga Allah senantiasa menjaga beliau dalam kebaikan-, penulis kitab Shahih Fiqh Sunnah berkata, “Patokan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang saling tasyabbuh (menyerupai) satu dan lainnya bukan hanya kembali pada apa yang dipilih, disukai dan dijadikan kebiasaan wanita dan pria. Namun hal ini kembali pula pada maslahat pria maupun wanita. Yang maslahat bagi wanita adalah yang sesuai dengan yang diperintahkan dalam aturan agama Islam  yaitu wanita diperintahkan untuk menutupi aurat, tidak boleh tabarruj atau menampakkan perhiasan diri. Jadi larangan berpakaian pada wanita ada dua tujuan: (1) membedakan pria dan wanita, (2) menutupi aurat wanita secara sempurna. Kedua maksud (tujuan) ini harus tercapai.” (Shahih Fiqh Sunnah, 3: 36). 

Di halaman lain, Syaikh Abu Malik berkata, “Memakai celana panjang adalah sejelek-jelek musibah yang menimpa banyak wanita saat ini, semoga Allah memberi petunjuk pada mereka. Walaupun celana tersebut bisa menutupi aurat, namun ia bisa tetap menggoda dan membangkitkan syahwat, apalagi jika celana tersebut sampai bercorak. Sebagaimana telah diketahui bahwa di antara syarat jilbab syar’i adalah tidak sempit atau tidak membentuk lekuk tubuh. Sedangkan celana panjang sendiri adalah di antara pakaian yang mengundang syahwat, bahkan kadang celana tersebut sampai terlalu ketat. Ada juga celana yang warnanya seperti warna kulit sampai dikira wanita tidak memakai celana sama sekali. Ini sungguh perilaku yang tidak dibenarkan namun sudah tersebar luas. Oleh karena itu, tidak diperkenankan wanita memakai celana panjang. 

Di antara dalil bahwasanya pakaian wanita tidak boleh ketat dan tidak membentuk lekuk tubuh adalah hadits berikut dari Usamah bin Zaid di mana ia pernah berkata, 

كساني رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قبطية كثيفة كانت مما أهدى له دِحْيَةُ الكلبي فكسوتها امرأتي، فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : مالك لا تلبس القبطية؟ فقلت: يا رسول الله! كسوتها امرأتي، فقال: مرها أن تجعل تحتها غلالة فإني أخاف أن تصف حجم عظامها 

“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah memakaikanku baju Quthbiyyah yang tebal. Baju tersebut dulu dihadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau. Lalu aku memakaikan baju itu kepada istriku. Suatu kala Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menanyakanku: ‘Kenapa baju Quthbiyyah-nya tidak engkau pakai?’. Kujawab, ‘Baju tersebut kupakaikan pada istriku wahai Rasulullah’. Beliau berkata, ‘Suruh ia memakai baju rangkap di dalamnya karena aku khawatir Quthbiyyah itu menggambarkan bentuk tulangnya’” (HR. Ahmad dengan sanad layyin, namun punya penguat dalam Sunan Abi Daud. Ringkasnya, derajat hadits ini hasan). 

Jadi untuk berpakaian secara syariatnya seorang muslimah tidak cukup hanya dengan menutup rambut dan kepalanya saja, muslimah harus menutupi aurat dengan sempurna. Termasuk aturan di dalamnya yaitu tidak memakai pakaian ketat atau pakaian yang masih membentuk lekuk tubuh. 

Dalam era masa kini muslimah memakai celana panjang bukan lagi pemandangan asing di tengah masyarakat kita. Bahkan, seolah sudah menjadi trend baru yang menjadi simbol wanita modern dan gaul. Banyak muslimah gaul berdalih selagi masih terlihat islami tidak menjadi masalah dan tidak menyalahi aturan. Para muslimah yang memakai celana pajang yang tanpa ditutup/dilapisi/dirangkap dengan baju kurung atau rok sudah merasa berpakaian islami karena mereka berjilbab. Mereka merasa sudah mendapat pahala karena sudah memenuhi aturan berjilbab walau lekuk tubuhnya tercetak dengan jelas, menyerupai laki-laki, dan terlihat sama atau mirip dengan pakaian wanita kafir di negara Barat. 

Islam sebagai agama yang bersifat universal, tidak meninggalkan tuntunan dalam berpakaian. Untuk itu setiap muslim tunduk dan patuh (Sami’na wa Atho’na) dalam segala urusan termasuk aturan tentang tata cara berpakaian yang telah disyariatkan di dalam Al-Qur’an dan haidst. 

Di antara tuntunan Islam dalam berpakaian bagi wanita muslimah adalah: 

1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan, (sebagian ulama berpendapat wajib menutup wajah kecuali dua buah mata yang kelihatan/bercadar). 

2. Hendaknya bahan pakaian yang digunakan tebal, tidak tipis dan transparan yang bisa menggambarkan warna kulit dan bagian badan di balik busana. 

3. Hendaknya longgar dan tidak sempit, sehingga tidak nenonjolkan dan mencetak bagian-bagin tubuh wanita. Karena ini dapat membangkitkan birahi lawan jenisnya. 

4. Hendaknya pakaian yang dipakai oleh wanita muslimah tidak sama dengan pakaian khusus yang lazim dipakai oleh kaum pria, di antaranya celana panjang. 

5. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir. 

6. Bukan sebagai perhiasan seperti yang dipakai oleh para wanita muslimah sekarang ini, seperti memakai pakaian dengan warna dan model yang beraneka ragam sehingga menarik banyak perhatian. 

Dilihat dari 6 kriteria pakaian muslimah di atas, paling tidak ada tiga kriteria yang menjadi sorotan berkaitan dengan celana panjang yang banyak dikenakan wanita muslimah pada masa kita sekarang ini. 

1. Celana yang biasa dipakai wanita muslimah, biasanya dipadu juga dengan jilbab, masih menggambarkan lekuk tubuhnya, seperti betis, paha, dan pinggulnya. Dan pakaian seperti ini mengundang fitnah laki-laki. Sedangkan hikmah pakaian wanita muslimah yang disebutkan Al-Qur'an melindungi wanita dari fitnah dan gangguan laki-laki.

"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu." (QS. Al Ahzab: 59) 

Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا 

"Dua golongan manusia termasuk ahli neraka dan aku belum pernah melihatnya yaitu: kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pukulkan kepada orang-orang serta wanita yang memakai pakaian tapi telanjang yang berjalan lenggak-lenggok serta bergoyang-goyang, kepalanya seperti punuk seekor unta yang besar. Niscaya mereka tidak akan masuk surga serta tidak akan mencium bau harumnya. Sesungguhnya bau harum surga itu dapat tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian." (HR. Muslim) 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu'ul Fatawa-nya menafsirkan arti "kasiyatun `aariyatun" yaitu wanita yang mengenakan pakaian namun tidak menutup tubuhnya. Ia berpakaian tapi pada hakekatnya tetap telanjang, seperti mengenakan pakaian tipis yang menampakkan warna kulitnya, atau pakaian sempit yang menampakkan bentuk tubuhnya, seperti lengannya dan lain-lainnya. Sesungguhnya pakaian wanita adalah yang menutup tubuh, tebal dan lebar sehingga tidak tampak bentuk tubuhnya dan postur badannya. (At-Tanbihat, Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal.23) 

2. Celana panjang yang banyak dikenakan wanita muslimah sekarang ini menyerupai pakaian laki-laki. Sejak dahulu kala celana panjang selalu identik sebagai pakaian laki-laki untuk menunjang perannya dalam beraktifitas untuk mencari nafkah. Dan terdapat kaidah larangan menggunakan sesuatu yang secara umum merupakan ciri khas laki-laki supaya tidak menyerupai mereka. 

Dari Ibnu Abbas radliyallah 'anhu, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaknat waria dari kalangan pria dan wanita yang kelaki-lakian." (HR. Bukhari) Dalam riwayat lain, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki." (HR. Bukhari) 

Dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat seorang laki-laki yang memakai pakaian seperti kaum wanita dan kaum wanita yang memakai pakaian seperti kaum lelaki.” (HR. Abu Dawud dengan isnad shahih) 

Syaikh Shalih al Fauzan dalam salah satu fatwanya mengatakan, "Kaum wanita diwajibkan untuk mengenakan pakaian yang berbeda dengan pakaian pria, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallamtelah melaknat para wanita yang menyerupai pria dan wanita yang bertingkah laku seperti pria. Yang termasuk dalam menyerupai pria dalam berpakian adalah memakai pakaian yang menjadi ciri khas pria pada suatu masyarakat tertentu." (At-Tanbihat, Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal.23) 

3. Wanita muslimah yang memakai celana panjang menyerupai wanita kafir. 
Telah ada hadits shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa orang yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari mereka. Dan bertasyabuh (menyerupai) wanita kafir tidak ada kebaikan bagi muslimah, khususnya untuk akhiratnya. 

Sebenarnya wanita muslimah memiliki dasar-dasar untuk membangun akhlak, adab, dan perilaku mereka secara Islami. karenanya, dia tidak boleh meniru wanita kafir dalam berpakaian, makan, minum, atau kebiasaan-kebiasaan orang kafir yang menjadi trend baru.

Sesungguhnya kecantikan muslimah terletak pada komitmen mereka terhadap aturan-aturan yang telah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadist dan bangga dengan petunjuk Nabinya shallallahu 'alaihi wasallam. Selayaknya, seorang muslimah menjaga perintah Allah. Karena kebahagiaan, pada dasarnya, ada di atas syari'at. Dan keburukan terjadi ketika melupakan dasar-dasar dien yang mulia. 

Seorang muslimah yang mengenakan pakaian yang menyerupai orang kafir, sedangkan dia mengetahuinya aturan yang melarangnya, namun dia tidak mempedulikan maka dia akan memikul dosa dari cara berpakaiannya tersebut. Lantas coba bayangkan apa gunanya kamu merasa cantik dengan gaya berpakaian yang melanggar aturan syariat dengan gaya meniru orang kafir, lalu Allah menyiksamu, bagaimana engkau menanggungnya? 

Tidak ada kebaikan dalam bertasyabuh, kecuali bertasyabuh kepada orang shalih. Kenakanlah pakaian yang Allah izinkan. Jenis pakaian cukup banyak, maka kenakan pakaian yang engkau sukai asal tidak melanggar ketentuan syari'at. Jangan pernah menggunakan pakaian yang membawa fitnah dan membangkitkan syahwat dengan cara yang tidak diizinkan Allah. 

Sesungguhnya Islam adalah agama yang sangat sempurna , sehingga sampai cara berpakaian seorang muslimahpun ada aturannya, Semua aturan itu sebenarnya untuk kebaikan dalam rangka menjaga kehormatan dan meningkatkan derajat wanita. Sungguh Allah adalah Dzat yang Mahaindah dan menyukai keindahan, karenanya Allah menyuruh seorang wanita untuk berpakaian yang bagus asal tidak bertasyabuh dengan orang kafir. 

Mengutip nasehat dari seorang ulama kepada kaum muslimat serta kaum muslimin, hendaklah bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan segera kembali kepada ajaran Islam yang telah memerintahkan supaya menutup aurat; dan hendaklah mereka tidak menyia-nyiakan dan menghabiskan harta mereka hanya untuk membeli (mengoleksi) pakaian-pakaian tersebut. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan pertolongan.

Pertanyakanlah pada dirimu wahai ukhti, apakah yang seperti ini sudah dinamakan menutup aurat?

Untuk gaya busana ini apakah ini yang dinamakan menutup aurat????

Berpikirlah dan lihat ilustrasi ini manakah yang lebih anggun dan indah? Dengan busana syar'i yang menjuntai anggun atau yang memakai celana panjang ketat? Jadilah akhwat yang cerdas dan mau berpikir

Catatan :
Tulisan ini terinspirasi saat usai mengikuti Halaqah tentang kewajiban muslimah menutup aurat, lantas aku mencoba mengkaji dan mempelajarinya lebih jauh dengan browsing di google. Maka aku coba menuliskan kembali dengankalimatku. Sumber yang paling banyak kukutif adalah rumaysho.com dan muslimah.or.id serta sumber-sumber lainnya. 

Monday, April 9, 2018

SIKAP HIDUP MEMPERSIAPKAN AKHIRAT

Artikel ini kutulis untuk menyimpulkan tausiyah ustadz Hiadayatullah di Masjid Taqwa Palembang, Sabtu tanggal 31 Maret 2018 kemaren. Kajian dan dzikir bersama yang rutin dilakukan setiap Sabtu. Aku sangat terkesan dengan isi tausiyahnya, tentang cara kita menyikapi kehidupan di dunia dan mempersiapkan kematian/akhirat. Aku mungkin menyampaikannya tidak bisa sedetail ustadz, tapi paling tidak point-point pentingnya telah aku catat. 

Ada 5 point penting yang aku catat:

1. Jika kau yakin bahwa rezeki itu dijamin bahkan takarannya telah ditentukan oleh Allah, mengapa engkau begitu ngoyo dan tamak mencari rezeki dari subuh sampai malam sehingga sudah tidak peduli lagi tentang halal dan haram bahkan sampai melalaikan kewajibanmu terhadap Allah. 

Jaminan rezeki dari Allah SWT pada mahkluk-Nya adalah jaminan yang pasti lagi benar untuk menunjukkan betapa Maha Kaya Allah yang memiliki segala sifat kebesaran-Nya. Allah berfirman :

وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
(“…… dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya” (Surah Hud, ayat 6)) Firman Allah SWT: 

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
(“Dan kepunyaan Allah kepemilikan segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan” (Surat Ali Imran, ayat 109).

Selain dari Allah SWT siapa lagi yang bisa mencukupkan sumber rezeki yang tidak pernah putus-putus untuk menghubungkan siklus kehidupan di alam ini. Bukan satu atau dua hari tetapi ribuan bahkan mungkin jutaan tahun hingga lebih. Hanya Dia saja yang berhak dan layak untuk menurun dan mengeluarkan segala rezeki dari sumber mana yang Dia kehendaki.

Namun jangan pula disalahartikan, karena rezeki telah ditetapkan oleh Allah lantas kita hanya menunggu saja rezeki itu datang sendiri. Tentu saja tidak, kita tetap harus berikhtiar. Jangan pula engkau pontang-panting mencari rezeki sampai melupakan ibadah kepada Allah, seperti lupa sholat dsb.

2. Jika kau yakin kematian itu nyata dan pasti akan menghampirimu, apa yang akan kau persiapkan ketika kematian itu datang menjemputmu. Masih hidupkah saya besok, tidak seorangpun yang tahu? Kamu tidak perlu menunggu waktu yang tepat untuk berubah karena kematian tidak akan menunggumu sampai berubah. Beberapa dalil tentang kematian, antara lain :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kamu akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيٍَّ 
“Di mana saja kamu berada, kematian pasti akan mendapati kamu, walaupun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh.” (An-Nisa`: 78)

 أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
“Maka apabila telah tiba ajal mereka (waktu yang telah ditentukan), tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya.” (An-Nahl: 61)

Wahai saudaraku mulailah membersihkan hati dari semua kesibukan duniawi.Tidak terlalu bahagia dengan kemewahan dunia atau dengan sesuatu yang didapatkannya, serta jangan terlalu bersedih dengan problematika dunia yang dihadapi atau musibah yang menimpanya, bersikap wajar saja. Seperti dalam firman Allah.

“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNYA kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (QS Al-Hadid[57]23)”

Saudaraku, hati orang yang tenggelam dalam dunia dan tertipu olehnya serta jatuh cinta pada berbagai syahwatnya sudah pasti lalai dari mengingat kematian. Orang-orang yang berlomba mengejar kesenangan dunia ini ibarat orang-orang yang berada dalam sebuah permainan yang melalaikan, tidak lama lagi permainan itu akan berakhir dan menyisakan kelelahan yang tidak berarti.

Firman Allah SWT artinya : "Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu." (Surah Muhammad ayat 36)

Allah telah menegaskan dalam Al-Quran bahwa kehidupan di dunia tidak lebih hanya main-main dan senda gurau belaka, ya ibarat sebuah peran yang sedang dimainkan di atas panggung sandiwara, sebagus atau seburuk apapun peran yang kita dapatkan pasti akan berakhir, tapi kenapa manusia begitu bersemangat untuk dunia dan begitu malas untuk akhirat?.

Masihkah kita tertipu dan terperdaya oleh kenikmatan dunia yang sementara ini dengan ambisius mengejar berbagai materi dan mengumpulkan harta sementara kampung akhirat yang kekal abadi dan kehidupan yang sebenarnya kita lalaikan bahkan tanpa disadari kita telah melupakan bahwa akan ada kehidupan setelah kematian untuk mempertanggung jawabkan perbuatan di dunia.

Rasulullah pernah bersabda “Bahwa orang yang cerdas adalah, orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian” Pada surah Al Mu’minuun ayat 112 – 114, di Akhirat nanti ketika manusia dihadapkan kepada Allah terjadilah dialog ;“Allah bertanya: Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi ?”

.“Mereka menjawab: Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung”. “Allah berfirman: Kamu tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui”.

Masihkah kita hanyut dengan hiruk pikuk dunia dengan segala perhiasannya? Wahai saudaraku sadarilah dunia ini hanya tempat singgah, sebagaimana seorang musafir yang kelelahan dan berhenti di rumah makan, setelah kenyang dan segar mereka pasti melanjutkan perjalanan ke tempat tujuannya. Hari ini akhirat adalah cerita dan dunia adalah nyata, tapi setelah mati dunia hanya cerita dan akhirat adalah nyata. Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu dan kematian di pelupuk matamu (Imam Syafi’i). “Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”

Kebahagiaan di dunia akan berlalu, harta yang kamu kumpulkan tidak akan berguna lagi, kekuasaan yang kamu bela tidak dapat menyelamatkanmu. Kematian tidak untuk ditakuti namun untuk dipersiapkan. Jika kau sadar hidup adalah untuk mati maka kamu akan selalu gusar. Namun jika mati adalah tujuan inshaa Allah hidup akan tenang. Mumpung masih hidup maka persiapkanlah bekal untuk akhiratmu. Jangan pernah tinggalkan sholat karena sholat adalah amalan yang paling pertama kali dihisab. Perbanyaklah sedekah karena banyak sekali manusia di dalam kubur yang ingin kembali dihidupkan hanya untuk bersedekah. Hiasilah hidupmu dengan bekal akhiratmu dan sebaik-baiknya bekal adalah TAQWA.

“Sungguh kematian yang selalu kalian hindari itu pasti mengejar kalian. Kalian akan dikembalikan kepada Allah, Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Kemudian kelak di hari kiamat, Allah akan menjelaskan kepada kalian apa saja yang telah kalian lakukan di dunia (QS Al-Jumu’ah[62]8)

3. Jika kau yakin syurga itu nyata dan pasti ada, persiapkanlah amalan agar bisa meraih syurganya Allah. Jika kau yakin neraka itu nyata dan ada, mengapa kau tak takut melanggar semua larangan Allah.

Surga adalah kampung kenikmatan yang dipersiapkan oleh Allah SWT bagi orang-orang yang beriman, sedangkan neraka adalah hunian yang penuh dengan adzab dan dipersiapkan oleh Allah Ta’ala untuk orang-orang kafir. Allah SWT berfirman (artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbuat kebaikan benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. Dan sekali-kali mereka tak dapat keluar dari neraka itu. Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu. Sekali lagi tahukah kamu hari pembalasan itu. (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah (Al-Infithar: 13-19)”.

Jika kita membayangkan seberapa besar kenikmatan surga yang sesungguhnya lebih indah dari yang bisa kita bayangkan harusnya bisa menjadi motivasi kuat bagi orang yang beriman untuk meraihnya. Ini adalah bagian dari keimanan terhadap hari akhir dan iman kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana komentar sahabat Umair Ibnu Hamam, “Menuju kepada Allah tak ada bekal lain kecuali takwa, amal akhirat dan sabar karena Allah dalam perjuangan. Dan semua bekal akan habis kecuali takwa, berbuat baik dan mencari petunjuk.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa …” (QS al-Baqarah: 197)

Keberadaan surga dan neraka adalah haq. Tidak ada keraguan di dalamnya. Neraka disediakan bagi musuh-musuh Allah, sedangkan surga dijanjikan bagi wali-wali Allah. Penyebutan tentang surga dan neraka dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sangatlah banyak. Telah banyak disebutkan tentang kondisi penduduk surga dan neraka dan disebutkan tentang janji kenikmatan surga dan adzab di neraka. Disebutkan pula dorongan agar bersemangat meraih surga dan ancaman dari neraka. Demikian pula As-Sunnah (Hadits) banyak menyebutkan tentang surga dan neraka. Itu semua menunjukkan bahwa keberadaan surga dan neraka adalah benar adanya.

Surga dan Neraka Sudah Ditetapkan Penghuninya.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia … ” (Al-A’raf: 179).

Dari ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “… Sesungguhnya Allah telah menciptakan para penghuni untuk surga. Allah telah menentukan mereka sebagai penghuninya, sedangkan mereka masih dalam tulang sulbi bapak-bapak mereka. Allah juga telah menciptakan para penghuni bagi neraka. Allah telah menentukan mereka sebagai penghuninya, padahal mereka masih dalam tulang sulbi bapak-bapak mereka.” (HR. Muslim 2662) (Syarh Al ‘Aqidah At Thahawiyah li Al Imam Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi II/1070-1071).

Namun hal ini termasuk dalam perkara ghaib, sehingga hanya Allah yang mengetahui siapa saja penghuni surga dan neraka. Oleh karena itu kita harus berusaha agar termasuk ke dalam penghuni surga, yaitu dengan banyak beramal shalih. Karena sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan amal yang kita lakukan, sebagaimana firman Allah (artinya):” …Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan… “(QS. Al ‘Imran:195).

Surga dan Neraka Kekal Abadi.
“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (Huud: 108).

“..Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni syurga mereka kekal di dalamnya (QS: Al-A’raf, 42)

Maka wajib bagi setiap muslim yang mau berpikir dan berusaha meraih syurganya Allah dengan berbagai amalan diantaranya : mentauhidkan Alah, mentaati Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, mematuhi perintahNYA, menjauhi laranganNYA dan selalu berpedoman pada Al-Qur’an dan hadist. Itu semua merupakan sebab masuk ke dalam surga dan jalan menuju surga. Adapun barangsiapa menolak untuk melakukkannya maka orang tersebut telah enggan untuk masuk surga.

4. Jika kau yakin bahwa setiap harta yang kau punya akan dihisab satu persatu, mengapa kau selalu rakus dan menumpuk-numpuk harta

Allah berfirman yang artinya : “Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Allah berfirman): “Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan”. (Qs. Al Jaatsiyah 45: 28-29).

Dari Abdullah bin Qurthin ra, bahwa Rasulullah saw, bersabda

:اَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَةُ فَاِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ سَائِرُ عَمَلِهِ وَاِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ =رواه الطبراني=
Yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika sholatnya beres, maka bereslah semua amalnya dan jika rusak, maka rusaklah semua amalnya. (HR. Ath Thabrani).

Dambaan setiap orang ringan atau mudah saat dihisab di mahsyar: “Attaisir ‘Indal Hisab”. (Kemudahan ketika dihisab). Namun ada hal yang dapat menyulitkan seseorang saat dihisab yang membuat proses hisabnya menjadi lama. Sabda Rasulullah saw:

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ -اسْمُهُ نَضْلَةُ بْنُ عُبَيْدٍ- رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ =رواه الترمذي= قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Dari Abu Barzah Al Aslamiy (namanya Nadhlah bin ‘Ubaid) ra, ia berkata,Rasulullah saw bersabda, tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya apa yang telah ia perbuat dan tentang hartanya darimana ia mendapatkannya dan untuk apa saja ia membelanjakannya dan tentang anggota badannya untuk apa saja ia gunakan. (HR. Tirmidzi).

وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ
(Hartanya dari mana ia mendapatkannya dan untuk apa ia membelanjakannya)). Sabda Rasulullah saw.

نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ“
"Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh orang shaleh.” (HR Bukhari). al Adab al Mufrad: 299.

Hisab harta yang banyak akan memakan waktu yang sangat lama. Setiap harta yang kita miliki harus dipertanggungjawabkan dari mana sumbernya dan kemana dibelanjakan, maka harta yang kita miliki itu terbagi kepada empat: 

a. Didapatkan dengan cara haram dan dibelanjakan kepada hal yang haram. Uang hasil sogok menyogok digunakan untuk membeli minuman yang memabukkan. Akibatnya sudah pasti ke neraka.

b. Didapatkan dengan cara yang haram tapi dibelanjakan kepada yang halal. Uang hasil korupsi, jual beli narkoba, dijadikan ongkos pergi umrah, pembangunan mesjid, menyantuni yatim piatu dan orang miskin. Akibatnya juga neraka. Karena Allah itu Maha Baik dan tidak akan menerima kecuali dari yang baik pula.

c. Didapatkan dengan cara baik tapi dibelanjakan kepada yang haram. Uang hasil kerja keras di kebun umpamanya, tapi digunakan untuk membeli narkoba. Akibatnya juga ke neraka.

d. Didapatkan dengan cara halal dan dibelanjakan kepada yang halal. Uang hasil bekerja sebagai buruh, jual beli yang sah lagi halal, digunakan untuk menafkahi keluarga, bersedekah dan amal baik lainnya. Harta yang seperti ini akan dihisab dulu sedetil-detilnya. Bila kita bisa mempertanggungjawabkan semuanya dengan baik, barulah kita bisa selamat dari api neraka dan masuk ke surga. 

Ini baru hisab harta pribadi yang tidak ada hubungannya dengan orang lain. Kita tidak bisa bayangkan bagaimana dahsyatnya hisab yang berhubungan dengan orang lain. Bagaimana mempertanggungjawabkan harta yang kita rampas atau ambil tanpa dasar kebenaran dari hak milik orang lain. Yang kita pakai dan kita sedehkahkan itulah yang bermanfaat..!

Perlu menjadi perhatian bagi kaum wanita yang gemar memiliki koleksi segala macam, seperti tas, baju, sepatu dsb. Simpanan atau koleksi-koleksi yang tidak terpakai kelak akan di Hisab dan akan menyusahkan diri kita sendiri. Maka batasilah diri membeli sesuatu dari nafsu. Nafsu ingin mempunyai ini itu. Melihat punya orang lain membuat kita ingin memiliki juga. Padahal barang-barang tersebut tidak dibutuhkan.

عَنْ أُسَامَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قُمْتُ عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَكَانَ عَامَّةَ مَنْ دَخَلَهَا الْمَسَاكِينُ وَأَصْحَابُ الْجَدِّ مَحْبُوسُونَ غَيْرَ أَنَّ أَصْحَابَ النَّارِ قَدْ أُمِرَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ وَقُمْتُ عَلَى بَابِ النَّارِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ =رواه البخاري

Dari Usamah (bin Zaid) ra, dari Nabi saw,bersabda, “Aku berdiri di pintu surga. Maka kebanyakan orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin, sedangkan orang-orang kaya tertahan. hanya saja para penghuni neraka telah diperintahkan masuk neraka. Dan aku juga berdiri dipintu neraka, maka kebanyakan yang memasukinya adalah perempuan.” (HR.Bukhari).

Berdasarkan riwayat diceritakan bahwa orang miskin akan lebih cepat hisabnya, karena mereka tidak memiliki harta, namun orang kaya yang banyak dan menumpuk-numpuk harta hisabnya akan menjadi sangat lama. “Orang muslim yang miskin akan masuk surga sebelum orang muslim yang kaya dengan selisih setengah hari, yang itu setara dengan 500 tahun.” (HR. Ahmad)

5. Jika kau yakin jika harta yang kau infak dan sedekahkan di jalan Allah itu akan dibalas dan pasti akan kembali lagi kepadamu mengapa engkau masih kikir.

Perintah sedekah ini terdapat pada firman Allah dalam Alqur’an, surat An Nissa ayat 114: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali dari bisikan-bisikan orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat kebaikan atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar”.

“..... Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.” (QS. At-Tawbah : 34-35).

Manfaat sedekah turut mengingatkan kita bahwa apa yang kita punya adalah kenikmatan yang tidak lepas dari izin Allah. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur maka perlu membagi kenikmatan yang kita punya kepada orang lain yang kurang beruntung.

- Sedekah dapat menghapus dosa
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api." [HR. Tirmidzi] Sedekah dapat menghapus dosa, namun hal itu juga harus disertai dengan taubat atas dosa yang telah dilakukan. Orang yang dengan sengaja melakukan maksiat seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim dan lain sebagainya tidak berlaku sedekahnya apabila ia bersedekah hanya bertujuan agar dosa-dosanya impas.

- Mendapatkan naungan di hari akhir
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah: "Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya." [HR. Bukhari]

- Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah
Janji Allah selanjutnya bagi orang yang gemar bersedekah adalah Allah akan melipatgandakan pahala orang yang bersedekah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. "Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak." [QS. Al-Hadid ayat 18]

- Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki orang yang bersedekah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda,
"Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: "Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah." [HR. Bukhari dan Muslim]

- Dapat membebaskan kita dari siksa kubur 
Rasulullah SAW bersabda,"Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur." [HR. Ath-Thabrani]

 - Menjauhkan diri dari api neraka. 
Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk menjauhkan kita dari api neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh kita darinya. Rasulullah SAW bersabda "Jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah" [HR. Bukhari dan Muslim] 

Sedekah walaupun kecil nilainya tetapi sangat berharga di mata Allah SWT. Orang yang pelit dan kikir terhadap hartanya dan tidak pernah menyedekahkan hartanya walaupun hanya sebagian, maka merugilah mereka di dunia maupun di akhirat karena tidak ada keberkahan dalam hartanya. Padahal bersedekah itu sangat penting bagi kepentingan dirinya, karena dengan mensedekahkan harta akan menuai berkah dan sebaliknya jika menahan hartanya maka akan celaka 

- Allah SWT akan melipatgandakan harta orang yang bersedekah
”Harta yang Allah sediakan itu untuk semua mahluk-Nya, bukan untuk sebagian orang. Terjadinya kaya miskin dalam hidup manusia itu sunatullah yang tidak bisa dihindari. Karenanya Allah SWT mengajarkan dalam Al-Qur'an keharusan untuk saling membantu.

Allah sangat benci kepada orang-orang yang kikir dan gemar menumpuk harta. Ayat diatas adalah bukti nyata kebencian Allah kepada mereka yang suka menyimpan harta tanpa memperhatikan hak-hak orang miskin. Dalam firman-Nya Allah menjelaskan, "Bahwa manusia tidak akan pernah mencapai titik stabil dalam meraih kebahagiaan jika tidak melakukan banyak hal, diantaranya ia menyadari bahwa didalam hartanya ada hak-hak orang miskin." (QS.Al-Ma'arij).

Lihatlah bagaimana orang yang sudah mati pun sampai memohon untuk dibangkitkan kembali agar bisa sedekah. Karena dia merasakan betapa beratnya beban hisab atas harta yang disimpan, dan ia juga melihat betapa besarnya pahala dari sedekah yang ia amalkan, “Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum DATANG KEMATIAN kepada salah seorang di antara kamu; kemudian ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku DAPAT BERSEDEKAH dan aku termasuk ORANG-ORANG YANG SHALIH?” (QS. Al Munafiqun: 10). 

Jadikan ini renungan, muhasabah untuk diri sendiri. Juga pengingat untuk orang-orang yang kita sayangi. Harta yang kita simpan adalah harta milik ahli waris kita. Sedangkan harta sejati kita yang akan menemani sampai kubur adalah harta yang kita sedekahkan. Mari kita mulai sedekahkan atau hadiahkan koleksi pakaian lama kita yang masih layak pakai, atau barang-barang koleksi yang masih bisa digunakan manfaatnya, kepada orang lain yang membutuhkan, “Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai dan akan hilang kebencian.” (HR. Imam Malik)

Rasulullah SAW dalam banyak haditsnya menggambarkan betapa mengerikan akibat yang kelak akan dihadapi oleh mereka yang suka menumpuk harta tanpa memberikan hak-hak fakir miskin sesuai dengan ketentuan agama.

Dari Abu Hurairah meriwayatkan hadist yang sangat panjang sebagian teksnya sebagai berikut : "Tiada seorangpun yang menyimpan harta dan tidak mau mengeluarkan zakatnya melainkan akan dipanaskan harta itu di neraka jahanam sampai menjadi kepingan logam lalu disetrikan ke kedua pinggang dan keningnya. Begitu seterusnya (selama berada di padang Mahsyar) di mana suatu hari sama dengan lima puluh ribu tahun , sampai saatnya Allah mengadilinya. Setelah itu baru ditentukan nasibnya apakah ia masuk syurga atau masuk neraka...".

Dalam hadits yang lain Nabi SAW menceritakan bahwa harta yang disimpan itu kelak di hari kiamat akan menjelma menjadi seekor ular botak , diatas kedua matanya ada warna hitam (menunjukan bahwa ular tersebut banyak mengadung racun). Lalu ular tersebut melilit ditubuh pemiliknya, dan siap menerkamnya, sambil berkata: "aku hartamu yang kamu simpan didunia"

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8) 

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (1) sampai kamu masuk ke dalam kubur. (2) Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), (3) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. (4) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, (5) niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, (6) dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. (7) kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (8).” (QS. At Takatsur: 1-8)