Dari beberapa kali melaksanakan ibadah haji dan umroh, secara tiba-tiba aku tergelitik untuk memahami makna kain/pakaian ihram. Definisi ihram diambil dari bahasa Arab, yaitu dari kata al-haram yang bermakna terlarang atau tercegah. Setiap jamaah haji/umroh setelah melafazkan niat ihram maka berlakulah aturan dan larangan yang tidak boleh dilanggar. Misalnya dilarang berkata kotor, berbantah-bantahan, membunuh binatang, memotong pepohonan, berjima’, menikah, memakai wangi-wangian, dan lain-sebagainya
Pada saat ‘Ihram”, banyak aturan atau persyaratan yang harus kita patuhi, agar pelaksanaan haji dan umroh kita sempurna tanpa harus membayar “dam”. Namun dari satu larangan saat berihram adalah kita dilarang membuka aurat sembarangan meskipun di depan sesama wanita. Hal ini yang menjadi kesan mendalam dihatiku. Karena apa ? Menurutku saat tidak berihrampun kebiasaan kita para muslimah harus seperti itulah. Bukankah bagian-bagian tubuh kita tetap merupakan aurat meski terhadap sesama wanita.
Selama ihram para jama’ah diwajibkan mengenakan pakaian ihram. Pakaian ihram untuk wanita adalah pakaian biasa yang menutup semua auratnya, kecuali wajah dan telapak tangan. Bagi muslimah harusnya dapat mengambil makna dari aturan tentang pakaian ihram bagi wanita. Maknanya adalah pada hakikatnya “style/gaya” berpakaian seorang muslimah yang harus kita kenakan sehari-hari dalam kehidupan kita adalah seperti pakaian yang kita kenakan saat sedang berihram. Longgar, panjang, menutup dada, tidak menyerupai laki-laki dan menutup aurat (sayang sekali bila tak dapat mengambil makna pakaian ihram wanita ini, karena sering kali banyak muslimah yang pada saat umroh bisa mentaati aturan tentang kewajiban pakaian yang disyaratkan baginya, namun setelah pulang umroh sehari-hari kembali berpakaian ala wanita zaman now, yang ketat, jilbab cekek dsb).
Sedangkan pakaian ihram laki-laki terdiri dari dua lembar kain yang tidak berjahit. Warna tidak menjadi prinsip (namun lebih diutamakan berwarna putih) sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : خَيْرُ ثِيَابِكُمُ اْلبَيَاضُ فَالْبَسُوْهَا َوكَفِّنُوْا فِيْهَا مَوْتَكُمْ (“Sebaik-baik pakaian kalian adalah yang putih, maka kenakanlah dia dan kafanilah mayat kalian dengannya”). HR Ahmad. Lihat Syarah Ahmad Syakir, 4/2219, dan ia berkata: “Isnadnya shahîh”
Banyak makna dan perumpamaan yang dapat diartikan dari 2 helai kain (“putih”) tak berjahit ini, antara lain :
1. Berselendang kain ihram yang terdiri dari dua lembar kain putih, sebagai lambang lepasnya keindahan dunia yang beraneka-ragamnya, sebagai lambang lepasnya hawa nafsu (yang selalu menjurus kepada keburukan) dan lepasnya diri dari segala selubung kekotoran yang menghalangi ma’rifat kepada Allah, menghalangi akal dan pikirannya untuk mengetahui hakekat hidup dan tujuannya yang hakiki dan suci lahir batin seperti kain putih.
2. Dari pakaian ihram dapat pula menyadarkan orang akan kesamaan wujud dan bentuk, kesamaan sumber (asal), tunduk kepada Allah, menyadari kemanusiaannya, di mana ukurannya terletak pada sejauh mana pengabdiannya kepada Allah Swt secara ikhlas dan bersih dari syirik. Kemudian sampai sejauh mana kesadarannya untuk menciptakan persaudaraan dengan sesamanya.
3. Tujuan lebih jauh ialah agar timbul rasa merendahkan diri dan hina dihadapan Tuhannya, dan rasa tidak memiliki apapun serta kekuatan apapun bagaikan bayi yang hanya dikenakan kain yang tidak berjahit, kecuali kain popok.
4. Pakaian ihram juga mengingatkan pemakainya bahwa ketika lahir tidak seutas benangpun yang yeng melekat dibadannya dan kelak ketika meninggal dunia maka pakaian yang melekat di badannya hanya kain putih yang tak berjahit sebagai pembungkusnya.
5. Pada dasarnya mengenakan pakaian ihram adalah menanggalkan perhiasan dunia, yang penuh gemerlap dan cobaan. Allah berfirman: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran : 14)
6. Mengenakan pakaian ihram merupakan ketentuan yang harus dipatuhi oleh orang-orang yang menunaikan ibadah haji atau umrah, juga memiliki makna bagi pendidikan rohani, yaitu hakikat manusia. Allah hanya melihat iman, amal dan taqwa seseorang tanpa membedakan identitas dan strata sosial. Dalam hadits Rasulullah menjelaskan: “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada identitas (sosial) dan tidak pula kepada harta mu, akan tetapi Allah melihat hati kamu dan amal-amalan kamu”. (HR. Muslim)
Dan dalam firman Allah SWT: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujurat : 13)
7. Perjalanan haji dan umroh merupakan perjalanan yang mulia dan suci di hadapan Allah SWT, karena tujuan perjalanan itu sendiri demikian suci, yakni akan menjadi tamu Yang Maha Suci dan dilaksanakan di tempat yang suci. Yakni Makkah Al-Mukarramah. Oleh karena itu, orang yang berihram sebenarnya sedang mensucikan dirinya dari berbagai hal yang dilarang. Sikap suci ini harus dimiliki oleh orang-orang yang akan bertamu kepada Allah SWT di Tanah Haram. Orang kafir tidak diperbolehkan memasuki kawasan itu. Firman Allah SWT:
"Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis,, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS. At-Taubah : 28)
Demikianlah beberapa item yang dapat dirangkum tentang makna pakain ihram. Kemewahan pakaian dapat membangkitkan sikap sombong, karena merasa lebih baik, lebih tinggi dari orang lain. Berpakaian seperti yang telah dipersyaratkan dalam rangkaian pelaksanaan ibadah Haji dan Umrah memberikan efek dapat melunakkan hati seseorang. Kepatuhan pada aturan yang dipersyaratkan melambangkan kepatuhan kita pada perintah Allah.
Bagaimanapun kesombongan akan membawa manusia pada kehancuran. Padahal sebagaimana manusia tidak ada yang patut disombongkan. Manusia itu lemah selemah-lemahnya tanpa pertolongan Allah. Allahlah yang menjadikan kita gagah, kuat, kaya. Jadi tak sepantasnya kita bersikap sombong. Dalam sebuah Hadits Qudsy Allah berfirman: “Wahai manusia sesungguhnya engkau kelaparan. Akulah yang memberimu makan. Sesungguhnya engkau telanjang, Aku-lah yang memberi pakaian”. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu dapat menarik hikmah dalam setiap aktifitas kehidupan di dunia ini, termasuk rangkaian prosesi ibadah haji dan umroh yang dalam tiap tahapan kegiatan mengandung makna dan hikmah yang sangat dalam yang dapat kita ambil untuk menambah bekal ilmu dan kebaikan hidup kita sebagai bekal kembali nanti ke kampung akhirat. Kampung kita yang sebenarnya. Dunia ini hanya persinggahan sementara.... Semoga haji dan umrohnya mabrur. Aamin ya Robbal A’lamiin...
Pakaian ihram wanita dan pria, peringatan saat ihram maka cadar wanita harus dilepas ya.. |
Berihram dan menuju miqot masjid Hudaibiyah my sons dan mutawif ustadz Fandy |