Monday, September 4, 2017

FENOMENA JILBAB GAUL

Sebagai umat muslim kita patut bersyukur karena kesadaran memakai jilbab telah mulai tumbuh di kebanyakan wanita muslimah di tanah air. Memakai jilbab sudah bukan merupakan barang aneh atau terlarang di negeri kita. Bisa dikatakan bahwa hampir sebagian besar wanita sudah berjilbab saat ini. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan terbukanya era globalisasi, trend dan gaya berjilbab begitu luar biasa gaungnya. Baik melalui media massa maupun media sosial para perancang pakaian dan mereka yang menyebut kelompoknya sebagai hijabers menciptakan suatu tampilan berhijab trendy yang modis dan cantik. Bahkan perkembangan busana hijab sangat pesat dengan perubahan yang sangat signifikan. Modifikasi cutting dan model pakaian yang lebih mementingkan faktor keindahannya, keanggunan dan gaya. Berlomba-lomba para desainer muda menciptakan seni gaya busana hijab yang sangat luar bisa.

Sehingga mereka lupa dengan aturan berjilbab yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam surat Al Ahzab /33 :59. “ Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu/disakiti. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Sungguh syetan tak akan pernah berhenti untuk menjerumuskan manusia. Setelah manusia mempunyai kesadaran untuk mengenakan jilbab maka digodanya pula para muslimah dengan cara berpakaian jibab yang modis dan trendy yang menawarkan tampilan yang cantik dan modis untuk dianggap modern alias masa kini

Sejatinya, penutup kepala seperti itu bukanlah jilbab dalam perspektif hijab yang disyariatkan Islam. “Kerudung gaul” itu banyak sekali rupa dan bentuknya. Ada istilah jilbab cekek, ada pula pashmina yang dililit sedemikian rupa lalu dibiarkan menjuntai sehingga menyerupai rambut. Untuk model pakaianpun berbagai macam ada pakaian tipis dan transparan, atau ketat sehingga menampakkan lekuk tubuhnya. Bagi kita yang paham tentang aturan berjilbab secara syar’i akan sangat terlihat janggal tampilan muslimah yang trendy tersebut. Bayangkan saja kepala dibalut kerudung atau jilbab, namun berbaju atau kaos ketat, bercelana jeans atau legging yang full pressed body, dan lain sebagainya. Dan tidak berhenti disitu adapula fenomena punuk onta. Inner alias dalaman jilbab yang diberi sanggul menjulang ke atas menyerupai punuk onta, tujuannya agar jilab yang terjuntai akan menjadi semakin indah.


Sebagai kaum berpikir dan mau mengkaji pilihlah sesuai syariat
Evaluasilah diri kita
Salah satu fenomena lagi " Punuk onta"


Fenomena kerudung gaul atau jilbab cekek atau jilbab ala hijabers adalah fenomena yang sangat gaung saat ini, dimana seorang perempuan atau wanita muslim dalam benaknya dia ingin menutup aurat, namun juga ingin tampil pamer modis dan cantik. Sebagian mereka berkilah , “Bukankah masih mending memakai kerudung atau jilbab gaul, daripada tidak sama sekali?!” Yang lainnya menyatakan, “Ini kan masih belajar untuk menutup aurat.”

Baiklah cukup bisa dipahami jika hal tersebut dianggap sebagai sebuah proses belajar menutup aurat (ingat metamorfosis diriku juga melalui proses panjang sebelum akhirnya seperti sekarang ini), tapi sebagai seorang muslimah yang baik kita harus terus memperkaya diri tentang pengetahuan agama untuk menjadi muslimah sejati yang pada akhirnya kita mengharap ridho Allah. Kita tak boleh berhenti untuk menambah ilmu, yang bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain : melalui majelis taklim, membaca, atau mempelajarinya lewat media sosial yang baik. Masa iya sih usia 50 tahun masih berpenampilan dengan jilbab cekek dan baju full pressed body??? Lantas sampai kapan kita akan membenahi diri kembali pada syariat alias aturan yang digariskan Allah? Usia 50 tahunan artinya sisa umur kita untuk kembali ke kampung akhirat tinggal sedikit lagi.Kapanlagi kita akan patuh?


Apakah disaat sudah berusia 50 tahun kita masih ingin tampil dengan gaya "jilbab cekek" dan busana full pressed body???
Memang tata cara berbusana seseorang tergantung dari kebiasaan, cara pandang dan pola asuh yang diberikan oleh orang tua. Sebagai contoh sejak dari kecil orang tuaku selalu membiasakan kami untuk tidak mengenakan busana yang ketat dan pendek (maaf bukan untuk menyombongkan diri) sehingga sampai saat ini aku akan menjadi risih jika mengenakan baju pas. Saat masih belum berjilbabpun aku selalu membeli pakaian satu nomer lebih besar dari ukuran yang sebenarnya. Ada perasaan risih dan canggung bahkan berasa sesak nafas jika aku memakai baju ngepas.

Sedangkan cara pandang itu sendiri adalah persepektif masing-masing orang. Ada seorang teman yang selalu bilang jika melihat orang berpakaian longgar (mungkin juga termasuk aku yang dimaksudkannya ????) itu “ndeso”. Adalagi orang yang merasa modern dengan jilbab cekeknya,sehingga memandang orang dengan jilbab panjang dan lebar itu sebagai kampungan. Padahal di pandangan mataku, wanita-wanita yang memakai hijab syar'i itu sangat cantik. Baju panjang dan longgar dan untaian jilbabnya yang sampai kelutut terlihat sangat indah.

Mereka-mereka yang berjilbab gaul seringkali mencemooh kelompok jilbab syar’i, aku sendiri mengalami hal ini ada yang mengejek jilbabku sebagai taplak meja, ada yang bilang seprei (Hahaaa... suatu hari saat aku melipat jilbabku untuk dikenakan aku membentangkannya di ranjang, tiba-tiba aku senyum sendiri, memang tidak salah jika temanku mengejek jilbabku sebagai seprei . Lah memang jika dibentang dia bisa nutupin ranjang kok...hmmmm). Tapi itulah fenomena dunia, bahkan Rasulullah SAW sendiri sudah mengatakan “Kelak akan datang suatu masa dimana kebenaran dianggap salah, dan yang salah dianggap suatu kebenaran. Itulah tanda-tanda akhir zaman”

Padahal, jilbab yang dikehendaki syariat bermakna milhâfah, berarti baju kurung atau semacam abaya yang longgar dan tidak tipis, atau kain (kisaa‘) apa saja yang dapat menutupi, atau pakaian (tsaub) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Di dalam kamus Al-Muhith dinyatakan bahwa ilbab itu laksana sirdab (terowongan) atau sinmar (lorong), yakni baju atau pakaian yang longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutupi pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung.Jilbab yang dikehendaki syariat bermakna milhâfah, berarti baju kurung atau semacam abaya yang longgar dan tidak tipis yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh.

Dalam kamus Ash-Shahhah, Al-Jauhari menyatakan, “Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah) yang sering disebut mula’ah (baju kurung). Makna jilbab seperti inilah yang diinginkan Allah ketika berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59)

Para ulama pakar tafsir pun sepakat, jilbab syar’i bermakna sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Hal ini membuat seorang muslimah tampak elegan, santun, bermartabat, dan tentunya berkepribadian islami.Jika seorang wanita muslimah memakai hijab (jilbab), secara tidak langsung dia berkata kepada semua kaum laki-laki, “Tundukkanlah pandanganmu, aku bukan milikmu serta kamu juga bukan milikku, tetapi aku hanya milik orang yang dihalalkan Allah bagiku. Aku orang yang merdeka dan tidak terikat dengan siapa pun, dan aku tidak tertarik kepada siapa pun, karena aku jauh lebih tinggi dan terhormat dibanding mereka yang sengaja mengumbar auratnya supaya dinikmati oleh banyak orang.”

Wanita yang mengenakan kerudung gaul itu pamer aurat dan keindahan tubuh di depan kaum laki-laki lain. Mereka mengundang perhatian laki-laki.Setiap laki-laki pun sontak berebut menikmati keindahan tubuhnya dan kecantikan wajahnya. Mata mereka akan menelanjanginya dari atas hingga mata kaki. Sehingga membuat laki-laki terfitnah, maka jadilah dia sasaran empuk laki-laki penggoda dan suka mempermainkan wanita.
Pilihlah
Inilah mengapa para pengguna kerudung gaul diibaratkan berpakaian namun telanjang. Hal ini sebagaimana disinyalir Rasulullah SAW bersabda, “Dua golongan dari ahli neraka yang tidak pernah aku lihat: seorang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang dia memukul orang-orang, dan perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggok-lenggok, kepalanya bagaikan punuk onta yang bergoyang. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapatkan baunya, sekalipun ia bisa didapatkan sejak perjalanan sekian dan sekian. (HR. Muslim)

Wanita berpakaian telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya, atau memakai pakaian ketat, sehingga terlihat lekuk tubuhnya, dan wanita yang membuka sebagian aurat yang seharusnya tidak boleh ditampakan kecuali hanya kepada mahramnya saja.

Pakaian transparan yang disebut sebagi berpakaian tapi telanjang
Ada beberapa syarat yang harus dipahami oleh wanita muslim ketika hendak mengenakan hijab atau jilbab syar’i:
PERTAMA, hendaknya menutup seluruh tubuh dan tidak menampakkan anggota tubuh sedikit pun, selain yang dikecualikan karena Allah berfirman, “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak.” (An-Nur: 31)

KEDUA, hendaknya hijab tidak menarik perhatian pandangan laki-laki bukan mahram. Agar hijab tidak memancing pandangan kaum laki-laki, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Hendaknya hijab terbuat dari kain yang tebal, tidak menampakkan warna kulit tubuh (transparan).
2. Hendaknya hijab tersebut longgar dan tidak menampakkan bentuk anggota tubuh.
3. Hendaknya hijab tersebut tidak berwarna-warni dan tidak bermotif.

Hijab bukan merupakan pakaian kebanggaan dan kesombongan, karena Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mengenakan pakaian kesombongan (kebanggaan) di dunia maka Allah akan mengenakan pakaian kehinaan nanti pada Hari Kiamat kemudian dibakar dengan Neraka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, dan hadits ini hasan).

Hendaknya hijab tersebut tidak diberi parfum atau wewangian berdasarkan hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa pun wanita yang mengenakan wewangian, lalu melewati segolongan orang agar mereka mencium baunya, maka dia adalah wanita pezina.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa‘i dan At-Tirmidzi, dan hadits ini Hasan). Hendaknya pakaian atau hijab yang dikenakan tidak menyerupai pakaian laki-laki atau pakaian kaum wanita kafir.

KETIGA, hendaknya pakaian atau hijab yang dikenakan tidak menyerupai pakaian laki-laki atau pakaian kaum wanita kafir, karena Rasulullah bersabda, sebagaimana diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka.” Rasulullah juga mengutuk seorang laki-laki yang mengenakan pakaian wanita dan mengutuk seorang wanita yang mengenakan pakaian laki-laki. Wallahu ‘Alam..
In shaa Allah bisa seperti ini aku berhijab

Hijab Syar'i

Wahai saudariku sesama muslimah, mari kita merenung. Mengapa kita begitu tertarik dan gemar mengejar penghargaan dari makhluk, dan kebanggaan dunia saja. Padahal dunia ini hanyalah permainan dan tempat singgah sementara, sedangkan akhirat itulah kampung tempat kita kembali selamanya. Mengapa kita ingin mengejar penilaian cantik, indah dan trendy di pandangan mata manusia saja, padahal penilaian cantik, indah di pandangan mata Allah SWT itulah yang akan memberkahi kita? Saudariku sesama muslimah belajarlah, pahamilah bahwa keridhoan Allahlah yang harus kita kejar sebagai bekal untuk kembali ke kampung halaman kita yang sesungguhnya. Pakaian wanita dan jilbabnya yang menutupi dada dan tidak membentuk tubuhnya akan mendatangnya keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Jangan sampai kita terlambat saudariku.

Berikut ada sebuah cerita nyata tentang seorang wanita yang terlambat untuk menutup auratnya. Simaklah dan renungkan saudariku.

Akhirnya Dia Menutup Auratnya dengan Sempurna 
Dengarkan lah cerita dariku. Mungkin kalian sering mendengar yang mirip dengan ini. Ada seorang wanita yang dilahirkan di tengah keluarga muslim. Memang dari kecil orangtuanya tidak mengajarkan bagaimana menutup aurat yang benar. Dia pun beranjak dewasa. Lalu dia mengetahui bahwa menutup aurat bagi seorang wanita itu wajib jika dia sudah baligh. Dia sering membaca tentang menutup aurat bagi seorang muslimah. Tentang hadits-hadist hijab yang benar. Tentang dosa bagi wanita yang memperlihatkan auratnya di depan bukan mahrom. Dia punya al-Qur'an di rumah Bahkan tidak sedikit teman-temannya yang menasehatinya. Tapi banyak alasan yang dia lontarkan Belum siap takut kehilangan pekerjaan. Nunggu usia sekian dan seterusnya 

Pada suatu hari akhirnya auratnya tertutup secara sempurna dari ujung rambut sampai ujung kaki. Penutup auratnya pun polos, tanpa banyak motif dan hiasan. Bahkan wajahnya pun tertutup secara sempurna. Tidak terlihat sedikitpun kecantikannya dan keindahan wajahnya
Dia melewati jalan-jalan di tempat ia tinggal menuju ke sebuah masjid. Banyak orang yang memperhatikannya, bahkan keluarga nya menangis melihat auratnya yang sudah tertutup sempurna. Ada juga yang heran dengan sebab dia tiba-tiba seperti itu. Mungkin orang memperhatikan kini auratnya benar-benar tertutup sempurna. Dia seperti layaknya bunga desa menjadi pusat perhatiaan dari rumah-rumah dan orang-orang yang dilewatinya 


Sampainya di masjid, dia berada di shaf paling depan. Ternyata hari itu adalah hari pertama sekaligus terakhir auratnya tertutup secara sempurna. Dia berada di shaf paling depan untuk dishalatkan. Karena yang menyebabkan auratnya tertutup secara sempurna adalah ketika dihadapkan dengan kematian. Ya penutup auratnya adalah kain kafan.. Polos, tidak bermotif, bahkan tanpa saku (sumber cerita ini dari “Fiqih Wanita”)

Karena aku inginkan keridhoan Allah



Notes : Artikel ini diolah dengan gaya bahasaku dan point-point penting dan ilustrasi gambar diambil dari berbagai sumber : rumaysho.com, muslimah.or.id, jilbabgaul.com, jilbabsyar'i.com dan google searching.