Wednesday, June 27, 2018

4 GOLONGAN MANUSIA YANG HARAM TERSENTUH API NERAKA


Tadi pagi aku menonton acara televisi di Indonesiar,”Mamah dan Aa”, isi tausiyahnya sangat menyentuh hatiku. Aku terpekur dan melihat lagi ke dalam diriku. Adakah 4 dari kriteria tersebut di dalam diriku. Meski ada hanyalah setengah-setengah tidak sempurna seperti dalam tausiyah Mamah Dedeh. Sifat duniawi, sifat manusiawi yang kadang naik/turun, on/off. Hatiku meringisagak nelangsa ya Allah...diri ini masih jauh dari sempurna, masih jauh dari baik, masih jauh dari soleha. Aku mohon padaMU semakin istiqomahkan aku dalam kebaikan, berikan aku keridhoanMU untuk terus berjalan dalam muslimah yang baik sesuai tuntunanMU ya Rabb....

Ini aku sampaikan secara ringkas isi tausiyah Mamah Dedeh tadi pagi sesuai versi aku dan insyaa Allah intinya tak akan melenceng jauh.

ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ،ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻻَ ﺃُﺧْﺒِﺮُﻛُﻢْ ﺑِﻤَﻦْ ﺗُﺤَﺮَّﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ؟ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﺑَﻠَﻰ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻫَﻴِّﻦٍ، ﻟَﻴِّﻦٍ، ﻗَﺮِﻳﺐٍ، ﺳَﻬْﻞٍ.

Nabi Saw berkata, “Maukah kalian aku tunjukkan orang yang haram (tersentuh api) neraka? Para sahabat berkata, “Iya, wahai Rasulullah. Beliau menjawab, “(Haram tersentuh api neraka) orang yang Hayyin, Layyin, Qorib, Sahl.”
(HR. At Tirmidzi & Ibnu Hibban)


Lantas apa yang disebut dalam istilah 4 golongan tersebut, berikut adalah penjelasannya :

HAYYIN
Orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan dzahir maupun batin. Tidak labil gampang marah, grusah-grusuh dalam segala hal, penuh pertimbangan. Tidak gampangan memaki, melaknat dan ngamuk tersulut berita yang sampai padanya.Teduh jiwanya

 Layyin.
Orang yang lembut dan kalem, baik dalam bertutur-kata atau berbuat. Tidak kasar, main cantik sesuai aturan, tidak semaunya sendiri, segalanya tertata rapi. Tidak galak yang suka memarahi orang yang berbeda berbeda pendapat denganya. Identik tidak suka melakukan pemaksaan pendapat. Lemah lembut dan selalu menginginkan kebaikan untuk saudaranya sesama muslim.

QORIB
Bahasa jawanya “gati”, sunda “deudeuh” akrab, ramah diajak bicara, menyenangkan orang bagi yang mengajak bicara. Tidak acuh tak acuh, cuek-bebek, gampang berpaling. Biasanya murah senyum jika bertemu dan wajahnya berseri-seri dan enak dipandang. Mudah untuk diajak berteman. Dan gampang akrab dengan orang yang baru dikenalnya

SAHL
Orang yang gampangan, tidak mempersulit sesuatu. Selalu ada solusi bagi setiap permasalahan. Tidak suka berbelit-belit, tidak menyusahkan dan membuat orang lain lari dan menghindar

Inilah do’a Yang Allah ajarkan dan sering sekali dibacakan oleh Rosulullah SAW. Di Indonesia masyarakat mengenalnya dengan do’a Sapu Jagat. Do’a ini adalah harapan tertinggi yang ingin dicapai oleh seluruh umat muslim, yaitu Kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat dan terbebaskan dari
siksa api neraka yang teramat pedih dengan kata lain Allah masukkan kita kedalam syurga-Nya dengan berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya.

"RABBANAA AATINAA FIDDUNNYAA HASANAH, WA FIL AAKHIRATI HASANAH, WAQINAA ‘ADZAA BAN NAAR"

Artinya : Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka.


Semoga Allah selalu memberikan petunjuk kepada kita dan menuntun dalam jalan kebaikan yang di ridhoinNYA. Yaa Allah, mudahkanlah aku dalam ketaatan pada-MU. Aamiin...

Dahsyatnya api neraka... Ya Allah jauhkan kami dari siksa neraka 


Sunday, June 17, 2018

JABAT TANGAN DENGAN LAWAN JENIS NON MAHRAM

Terkait dengan moment Idul Fitri 1439 H yang masih begitu jelas di depan mata, karena ini hari ketiga Syawal. Sejak beberapa hari sebelum hari H begitu banyak broadcast, sharing artikel baik itu di WA group, Facebook, Instagram dsb tentang untuk berhati-hati terhadap kebiasaan yang lazim berlaku di tengah masyarakat kita namun sesungguhnya menyimpang dari syariat, yaitu berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahram. 

Saya bahkan sudah sejak 2004, sejak  pertama kali berjilbab saya sudah mematuhi larangan untuk tidak berjabat tangan dengan laki-laki yang bukan mahram. 14 tahun lalu semua masih terasa aneh, masih terlalu banyak tantangannya, sikap aneh, tatapan mata aneh atau bisik-bisik aneh melihat sikap saya yang hanya menangkupkan kedua telapak tangan di dada saat seorang laki-laki menjulurkan tangan untuk bersalaman. Tapi demi sami’na wa atho’na aku mengacuhkan semua sikap tak nyaman tersebut. 

Namun saat ini aku sangat bersyukur sudah begitu banyak sharing ilmu tentang hukum berjabat tangan dengan lawan jenis non mahram. Baik itu melalui broadcast group WA, video ulama seperti Ust Abdul Somad, Khalid Basalamah, Syafik Basalamah dsb di FB, Instagram. Bahkan dengan sangat detil memaparkan siapa mahram dan non mahram kita, sehingga kita bisa lebih berhati-hati untuk menjaga hijab kita sebagai akhwat untuk tidak bersalaman dengan kelompok non Mahram tersebut. 

Berjabat tangan dengan sesama saudara seiman memiliki banyak keutamaan, antara lain: 

1. Orang yang berjabat tangan akan diampuni dosanya.  Hudzaifah radhiallahu ‘anhu menyampaikan ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: 

إِنَّ الْـمُؤْمِنَ إِذَا لَقِيَ الْـمُؤْمِنَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ، وَأَخَذَ بِيَدِهِ فَصَافَحَهُ، تَنَاثَرَتْ خَطَايَاهُمَا كَمَا يَتَنَاثَرُ وَرَقُ الشَّجَرِ 

“Sesungguhnya seorang mukmin apabila bertemu dengan mukmin yang lain, lalu ia mengucapkan salam dan mengambil tangannya untuk menjabatnya, maka akan berguguran kesalahan-kesalahan keduanya sebagaimana bergugurannya daun-daun pepohonan.” (HR. Al-Mundziri dalam At-Targhib 3/270, Al-Haitsami dalam Al-Majma’ 8/36, lihat Ash-Shahihah no. 526) 

2. Berjabat tangan bisa menjadi sebab hilangkannya kebencian dalam hati. 

3. Berjabat tangan merupakan ciri orang-orang yang hatinya lembut.
Ketika penduduk Yaman datang, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Penduduk Yaman telah datang, mereka adalah orang yang hatinya lebih lembut dari pada kalian.” Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu berkomentar tentang sifat mereka: “Mereka adalah orang yang pertama kali mengajak untuk berjabat tangan.” (HR. Ahmad 3/212 & dishahihkan Syaikh Al Albani, As Shahihah, 527). 

Berjabat tangan telah jelas kebaikannya. Namun bagaimana kalau laki-laki dan perempuan yang bukan mahram saling berjabat tangan, apakah suatu kebaikan pula? Tentu saja tidak. Walaupun menurut pandangan masyarakat kita, tidaklah beradab dan tidak punya tata krama sopan santun, bila seorang wanita diulurkan tangan oleh seorang lelaki dari kalangan karib kerabatnya, lalu ia menolak untuk menjabatnya. Dan mungkin lelaki yang uluran tangannya di-”tampik” itu akan tersinggung berat. Sebutan yang jelek pun akan disematkan pada si wanita. Padahal si wanita yang menolak berjabat tangan tersebut melakukan hal itu karena tahu tentang hukum berjabat tangan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. (Asli ini pengalaman hidup saya...:)). 

Dalam hubungan pergaulan laki-laki dan perempuan, Islam telah memiliki satu aturan yang menjadi bagian dari syariatnya. Setiap muslim wajib tunduk dan patuh terhadapnya. Ia wajib menerima dan menjalankannya.  Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, 

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ 

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka[1045] ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Mukminun: 51) 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai qudwah kita, tak pernah mencontohkan berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya. Bahkan beliau mengharamkan seorang lelaki menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Beliau pernah bersabda: 

Dari Ma’qil bin Yasar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ 

“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). 

Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata, “Dalam hadits ini ada ancaman yang keras bagi lelaki yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Dan juga merupakan dalil haramnya berjabat tangan dengan para wanita, karena jabat tangan tanpa diragukan masuk dalam pengertian menyentuh. 

Namun kebanyakan kaum muslimin di zaman now ditimpa musibah dengan kebiasaan berjabat tangan dengan wanita (dianggap sesuatu yang lazim dan bukan suatu kemungkaran). Bahkan meski banyak orang yang paham tentang haramnya berjabat tangan dengan lawan jenis, mereka hanya mampu mengingkari hal itu hanya di dalam hati saja, tak mampu menegur secara lisan, sehingga kebiasaan berjabat tangan dengan lawan jenis seolah menjadi hal biasa. 

Dalam membaiat para shahabiyyah sekalipun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjabat tangan mereka. Aisyah radhiallahu ‘anha istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan: 

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ كَانَ يَمْتَحِنُ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِ مِنَ الْـمُؤْمِنَاتِ بِهَذِهِ الْآيَةِ بِقَوْلِ اللهِ تَعَالَى {ياَ أيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْـمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ} إِلَى قَوْلِهِ {غَفُورٌ رَحِيمٌ} قَالَ عُرْوَةُ: قَالَتْ عَائِشَةُ: فَمَنْ أَقَرَّ بِهَذَا الشَّرْطِ مِنَ الْـمُؤْمِنَاتِ، قَالَ لـَهَا رَسُولُ اللهِ: قَدْ باَيَعْتُكِ؛ كَلاَمًا، وَلاَ وَاللهِ مَا مَسَّتْ يَدُهُ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ فِي الْـمُبَايَعَةِ، مَا يبُاَيِعُهُنَّ إِلاَّ بِقَوْلِهِ: قَدْ باَيَعْتُكِ عَلَى ذَلِكَ 

"Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji kaum mukminat yang berhijrah kepada beliau dengan firman Allah ta’ala: “Wahai Nabi, apabila datang kepadamu wanita-wanita yang beriman untuk membaiatmu….” Sampai pada firman-Nya: “Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.” Urwah berkata, “Aisyah mengatakan: ‘Siapa di antara wanita-wanita yang beriman itu mau menetapkan syarat yang disebutkan dalam ayat tersebut’.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata kepadanya, “Sungguh aku telah membaiatmu”, beliau nyatakan dengan ucapan (tanpa jabat tangan).” Aisyah berkata, “Tidak, demi Allah! Tangan beliau tidak pernah sama sekali menyentuh tangan seorang wanita pun dalam pembaiatan. Tidaklah beliau membaiat mereka kecuali hanya dengan ucapan, “Sungguh aku telah membaiatmu atas hal tersebut.” (HR. Al-Bukhari no. 4891 dan Muslim no. 4811) 

Umaimah bintu Ruqaiqah berkata: “Aku bersama rombongan para wanita mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membaiat beliau dalam Islam. Kami berkata, “Wahai Rasulullah, kami membaiatmu bahwa kami tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, tidak akan mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, tidak melakukan perbuatan buhtan yang kami ada-adakan di antara tangan dan kaki kami, serta kami tidak akan bermaksiat kepadamu dalam perkara kebaikan.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesuai yang kalian mampu dan sanggupi.” Umaimah berkata, “Kami berucap, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih sayang kepada kami daripada sayangnya kami kepada diri-diri kami. Marilah, kami akan membaiatmu wahai Rasulullah!’.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata: 

إِنِّي لاَ أُصَافِحُ النِّسَاءَ، إِنَّمَا قَوْلِي لـِمِائَةِ امْرَأَةٍ كَقَوْلِي لِامْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ 

“Sesungguhnya aku tidak mau berjabat tangan dengan kaum wanita. Hanyalah ucapanku kepada seratus wanita seperti ucapanku kepada seorang wanita.” (HR. Malik 2/982/2, An-Nasa`i dalam ‘Isyratun Nisa` dari As-Sunan Al-Kubra 2/93/2, At-Tirmidzi, dll. Lihat Ash-Shahihah no. 529) 

Dari hadits-hadits yang telah disebutkan di atas, jelaslah larangan berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram. Karena seorang lelaki haram hukumnya menyentuh atau bersentuhan dengan wanita yang tidak halal baginya. Al-Imam Asy-Syinqinthi rahimahullah berkata, “Tidaklah diragukan bahwa sentuhan tubuh dengan tubuh lebih kuat dalam membangkitkan hasrat laki-laki terhadap wanita, dan merupakan pendorong yang paling kuat kepada fitnah daripada sekedar memandang dengan mata. Dan setiap orang yang adil/mau berlaku jujur akan mengetahui kebenaran hal itu.” (Adhwa`ul Bayan, 6/603) 

‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata “Demi Allah, segala hal yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam tetapkan bagi wanita, maka hal itu adalah perintah dari Allah Ta’ala. Dan tangan Rasulullah tidaklah menyentuh tangan wanita. Dan perlu diketahui, bahwa menyentuh dan berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram akan menimbulkan kerusakan yang sangat banyak. Diantaranya akan menimbulkan syahwat (nafsu) atau keinginan negatif dan hilangnya rasa malu. Karena barang siapa wanita yang bermudah-mudahan dalam menjulurkan tangannya kepada laki-laki yang bukan mahram, maka ia tidak akan segan untuk melakukan yang lebih hina dari itu”. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَزِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka.” (QS. Al-Nur: 30-31) 

Hal-hal yang saya tulis diatas hanyalah dalil pendukung tentang larangan berjabat tangan dengan laki-laki non mahram didapat dari berbagai cuplikan yang saya ambil dari berbagai sumber dengan tujuan untuk semakin menguatkan saya untuk patuh pada larangan ini. Insyaa Allah... saya akan patuh dan ta’at (sami’na wa atho’na) dalam kebenaran. 

Bagi setiap muslim atau muslimah wajib tunduk kepada ketetapan Islam, baik yang dirasa sesuai dengan kebiasaannya atau tidak. Karena inti dari makna Islam adalah tunduk dan menyerah kepada katetapan Allah Ta'ala. Sehingga Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tidak beriman salah seorang kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa." 

Wallahu a’lam bishowab.

Sorry.....but thanks for not touch me and not touch my hands please...



Wednesday, June 6, 2018

SKENARIO ALLAH ITU INDAH

Semalam setelah beberes menjelang tidur aku sedikit merenung, karena barang-barang yang dibereskan adalah barang-barang lama di masa lalu, seperti pianika, tas sekolah Naufal dan Caca menyebabkan aku melambung ke masa-masa penuh mencekam itu. Tapi semua menjadi manis ketika aku kenang saat ini, padahal saat aku menjalani kehidupan masa lalu, dulu aku sangat tertekan dan menderita. 

Dengan mengenang dan merenung aku semakin menyadari bahwa Allah itu sungguh Maha Kuasa, skenario Allah sangat sistematis dan indah. Terbayang kembali runutan perjalanan hidup yang aku jalani sehingga aku sampai ke titik sekarang ini. Bagaimana Allah merangkai peristiwa dalam rangka membentuk diriku menjadi seorang wanita yang tangguh,kuat dan tegar. Bahkan jika dibandingkan dengan kakak-kakak saudara kandungku aku menjadi paling kuat, menjadi tumpuan jika keluarga ada masalah, menjadi seorang yang berani tampil kedepan dan mengorbankan diri dalam masalah keluarga besarku. 

Hmmmm..... aku yang dulu di masa gadis adalah seorang wanita yang sangat lemah dan selalu dibantu. Aku masih sangat ingat meskipun aku sudah bekerja (artinya sudah gede), jika tengah malam aku ingin buang air kecil aku selalu gedor pintu kamar Papa/Mama minta ditemani. Bayangkan penakutnya aku. 

Mama/Papa juga selalu memprotect aku dengan sangat ketat, jika ada keperluan kemanapun adek laki-lakiku Oyan atau Arie disuruh mengantar. Tak terlupakan saat Mama berdiri di pinggiran jalan depan gang Perumahan Rakyat dengan mata jeli menatap setiap angkot ijo yang berhenti, menunggu aku jika aku pulang telat dari biasanya. Ahh... betapa luar biasanya kasih sayang Mama/Papa terhadap aku. Aku seorang gadis manja yang ditimang sampai dewasa. Bukan hanya oleh Mama/Papa melainkan oleh seluruh keluarga besar. Mengapa mereka sangat mengkhawatirkan aku? Karena sejak bayi aku memang lemah, aku mengidap penyakit astma akut. Aku tak boleh capek. Jika capek maka aku akan bengek. Dan inilah penyebab aku dijaga seperti porselen oleh seluruh keluarga besarku. Aku selalu ingat saat malam takbiran atau hari “bemasak” (sehari sebelum Idul Fitri/Adha), disaat 5 orang anak perempuan Mama berjibaku sibuk memasak di dapur untuk mempersiapkan hidangan lebaran, semua saudara perempuanku plus Mama akan dengan kompak mengusir aku jika masuk dapur. “Esi...heit gak usah ke dapur... kamu bagian luar sana...bagian menata ruang tamu saja”. Yah...jadi aku memang anak emas yang diistimewakan. 

Lantas pada akhirnya “Qadarullah” aku menikah dengan seorang laki-laki bengis, kasar, egois dan tidak punya perasaan. Hari pertama setelah pernikahanpun aku sudah menerima kekerasan dari dirinya ataupun keluarga besarnya. Hari minggu malam setelah resepsi di hari minggunya aku langsung diajak paksa ke rumahnya, dibentak, disindir dengan kata-kata kasar, keesokan paginyapun disuruh seharian di dapur membersihkan ikan, cuci piring sampai tangan keriput karena terendam air. Bahkan jika Idul Fitri aku akan berkumpul dengan keluarga besarnya, dimana aku pasti diperlakukan  seperti upik abu oleh seluruh keluarga besarnya. Sesuatu hal yang tidak pernah aku lakukan seumur hidupku selama ini. 

Dan di awal-awal pernikahan aku sudah harus terbiasa menunggu rumah sendiri. Hal ini disebabkan oleh karena dia adalah seorang karyawan Rumah Sakit dengan sistem shift, juga disebabkan karena pada akhir pekan atau saat dia Off, dia akan pulang ke kampung halamannya. Tinggal sendiri di rumahnya yang menurut tetangga memang penuh dengan suasana mistis dan seram. Aku ingat minggu awal aku tinggal di sana. Saat itu bulan Ramadhan. Apabila dia mendapat giliran shift sore maka menjelang Maghrib aku bergegas masak dan menyiapkan santapan untuk buka puasa. Lalu setelah selesai aku menata masakan di meja kecil didalam kamar tidur. Dengan rinci dan teliti karena aku tak ingin ada perlengkapan makan yang kurang sehingga aku harus keluar lagi ke dapur (aku sangat takut karena suasana mistis itu memang ada di ruang dapur). Aku menyantap makan, melakukan aktifitas sambil menunggu dia pulang kerja tengah malam hanya di ruang kamar yang berukuran 2x3 m itu saja. Itulah cara aku mengatasi rasa takutku. 

Waktu terus berjalan dan hanya perlu waktu sebulan lebih aku sudah terbiasa melintasi seisi rumah besar yang seram itu sendiri (aku memang lebih sering ditinggal sendiri karena dia terlalu banyak aktivitas di malam hari kalau tidak pulang ke kotanya, dia ke diskotik, main bowling, karaoke, main canasta). Disamping itu jika ingin bepergian ke mana-mana (kantor, pasar, kampus kuliah, LB LIA English course) aku harus naik angkot, becak sendiri. Bahkan check up control kehamilanpun aku sendiri. Subhanallah ...begitulah skenario Allah melatih aku menjadi pribadi yang mandiri dan kuat, 

Sampai akhirnya untung tak dapat diraih malang tak dapat dicegah “Perceraian”pun terjadi. Bersyukurnya aku sudah terbentuk menjadi pribadi yang sangat tangguh dan terbiasa melakukan apapun sendiri. Bahkan karena kondisi yang mendesak aku akhirnya bisa menyetir mobil sendiri, padahal aku sangat penakut naik motor atau sepedapun tak berani. Dengan pandai menyetir mobil aku tidak harus bersusah payah kesana kemari (mengantar anak sekolah, tempat terapi autis Caca, ke pasar, manasik haji). Saat memiliki mobil pribadipun waktunya tepat yaitu menjelang aku berangkat haji, sehingga saat manasik yang tempatnya jauh dan harus berkali-kali naik angkot sudah tidak menjadi masalah bagiku. Terbayang jika aku tak punya mobil berapa banyak waktu yang aku butuhkan untuk sampai ke tempat manasik,apalagi saat pulang aku harus bergegas untuk segera mengurus anak-anak yang kutinggal.

5 tahun berselang episode kehidupankupun belum selesai, aku masih harus menjalani sebuah skenario lagi yaitu perebutan hak asuh anak, dipenjarakan, dipisahkan paksa dari darah daging yang pernah aku semaikan dalam rahim, dan pada akhirnya aku tinggal di rumah besarku sendiri lagi. Aku sudah sangat kukuh. Terbiasa dengan kesendirian, terbiasa dengan fitnah yang disebar sang mantan dan anak kandungku. Aku percaya setiap episode kehidupan yang telah di skenariokan Allah untuk aku perankan ini adalah terbaik dan penuh pembelajaran bagi aku sebelum aku menjalani kehidupan yang kekal nanti . 

Semua kejadian mulai awal penciptaan hingga hari kiamat, semuanya telah diketahui Allah berdasarkan ilmu-Nya yang tertulis dalam Lauh Mahfuudh. Allahta’ala berfirman : 

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ 

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuudh)” [QS. Al-An’aam : 59]. 

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا 

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya” [QS. Al-Hadiid : 22]. 

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ 
“Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena (qalam). Lalu Allah berfirman kepadanya : ‘Tulislah’. Pena berkata : ‘Wahai Rabbku, apakah yang harus aku tulis ?’. Allah berfirman kepadanya : ‘Tulislah taqdir-taqdir segala sesuatu hingga terjadinya hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4700, At-Tirmidziy no. 2155 & 3319, Ahmad 5/317, dan yang lainnya; At-Tirmidziy berkata : “Hadits hasan shahih ghariib”]. 

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، قَالَ: وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ 
“Allah telah menuliskan taqdir para makhluk 50.000 tahun sebelum Ia menciptakan langit-langit dan bumi” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2653]. 

Apa yang dikehendaki Allah ta’ala dalam ketetapan taqdir-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak mungkin terjadi.  Allah ta’ala berfirman : 

وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ 
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam” [QS. At-Takwiir : 29]. 

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ 
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit” [QS. Al-An’aam : 125]. 

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا 
“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami" [QS. At-Taubah : 51]. 

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ 
“Ketahuilah, bahwa jikalau ada seluruh umat berkumpul untuk memberikan suatu manfa’at bagimu, maka mereka tidak akan dapat memberikannya kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan Allah atasmu, dan jikalau mereka berkumpul untuk merugikanmu (membahayakanmu) dengan sesuatu, maka mereka tidak akan bisa melakukan itu kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan Allah atasmu. Pena-pena (pencatat) telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2516, dan ia berkata : “Hadits hasan shahih”]. 

Bencana atau ujian yang aku hadapi ini membuat aku mengoreksi diri, menyadari lalu aku mengalihkan rasa pedih, rasa dukaku dengan jalan rajin ke majelis ilmu. Ya Rabb kalau bukan karena rahmatMU mungkin aku tak mampu mencari pelarian/pengalihan rasa duka ke sisi jalan yang saat ini aku tempuh. Aku sangat percaya Allah selalu mempunyai hikmah, makna di balik segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini, asal kita mampu menelaah, membaca dan mengambil pengalamannya. Insyaa Allah aku mampu , agar kelak ketika aku wafat aku akan diwafatkan dalam keadaan husnul khotimah Aamiin....Allahumma Aamiin...