Wednesday, March 14, 2018

SAMI’NA WA ATHO’NA

Lama aku gak update blog ini, namun sepulang umroh ada aja ide buat nulis lagi. Saat aku masih di Mekah Al Mukaromah saat umroh bulan Februari 2018 kemaren, pas sedang antri lift secara tak sengaja aku mendengar percakapan beberapa orang ibu-ibu anggota rombongan kami juga. Mereka ramai bercakap dan berkomentar. Kulihat mereka membuka-buka kertas selebaran seperti brosur. Aku sedikit mendengar topiknya, tapi untuk menghilangkan rasa penasaran aku mendekat dan ikut mendengarkan secara seksama apa yang dibicarakan.

Rupanya mereka mendapat kajian di masjidil Haram saat ba’da Maghrib. Istilahnya Halaqah. Yaitu semacam kajian yang di adakan per blok per lantai dalam kelompok kecil di Masjidil Haram, dan biasanya diadakan ba’da Maghrib saat menunggu Isya’. Tiap lantai ada berbagai macam kajian atau sharing ilmu oleh petugas yang berbaju hitam plus cadar yang bertugas di masjidil Haram. Tidak semua jamaah bisa ikut. Biasanya ada beberapa petugas yang berkeliling lalu memilih dan menunjuk beberapa orang untuk ikut suatu kajian dalam kelompok kecil.

Aku sendiri pernah dipanggil alias terpilih untuk belajar membaca Al-Qur’an secara free. Aku senang dan antusias menerima tawaran itu. Saat itu Atik ingin juga ikut tapi tak boleh. Aku diajak ke kelompok beberapa orang yang sudah antri untuk diajari membaca Al-Qur’an. Saat itu aku diwajibkan membaca membaca surat Al-Fatihah. Seru sekali dari semua yang antri akulah yang paling lama dan paling banyak salah dalam melafazkan huruf per hurufnya terutama untuk huruf "sho". Bahkan mulai dari bacaan ta’awudz dan bismillahpun aku mesti mengulangi berkali-kali. 

Heheehe... padahal selama ini aku sudah merasa bisa baca Al-Qur’an. Saking berkali-kalinya aku membaca dan mengulang semua mata tertuju padaku, tetapi aku terharu dengan sikap sang guru. Dia sangat semangat dan sabar sekali mengajari aku sebagai peserta yang paling gak bisa. Belum bener dia suruh ulang lagi. Terusss....! Sampai akhirnya sekitar 15 menit mengulang-ulang baru terlontar kalimat dari bibir sang guru “Maa syaa Allah... tabarakallahu. Good...!. Maka akupun merembes air mata dan seraya memeluk beliau “Jazakillah khoir ukhti” ucapku. Berkali-kali beliau berucap “Tabarakallahu”.

Nah ...rupanya para ibu itu tadi mendapatkan kajian tentang cara berpakaian wanita muslimah. Selebaran yang mereka dapat tadi adalah foto-foto cara berpakaian syar’i. Lengkap fotonya dengan berbagai pose dengan tampilan wanita Arab, gamis panjang longgar menyentuh tanah, khimar yang juga panjang hampir sepanjang bajunya. Dari berbagai foto di selebaran itu ada foto yang pakai cadar ada yang tidak. Aku memegang selebaran itu dan mengamati dengan sekasama foto-foto yang ada di situ.

Masih kudengar ocehan ibu-ibu itu yang pada intinya kurang menyetujui aturan yang diajarkan. Sambil memegang selebaran mereka berujar “ Ah gak mungkinlah begini....kalau seperti ini kita gak akan bisa kerja lagi. Baju panjang seperti ini nah...ngepel jalan dan lantai pula. Susah mau bergerak....bla...bla...bla”. Aku dengarkan saja apa yang mereka bicarakan, yang dapat aku simpulkan pada prinsipnya mereka tidak mau dan tidak setuju tentang cara berpakaian muslimah itu seperti itu.

Aku paham mengapa mereka terpilih untuk ikut kajian itu. Penampilan mereka masih jauh dari syar’i. Beberapa dari mereka masih mengenakan celana panjang (malah ada yang pakai sejenis legging jeans) dengan baju atasan yang tidak begitu panjang, dengan jilbab yang juga seadanya. Dari beberapa kali pengamatan aku, orang-orang yang ditarik alias dipilih oleh petugas untuk ikut “Halaqah” pasti ada sebabnya. Contoh saja aku terpilih karena aku terlihat lebih sering membaca buku do’a dan dzikir selama di masjidil Haram, sedangkan Atik tidak diperbolehkan ikut karena dia memang selalu baca Al-Qur’an karena targetnya selama umroh dia akan khatam Al-Qur’an. 

Selanjutnya suatu ketika ibu-ibu di sebelah kami sebanyak 6 orang dipanggil dan diajak untuk membahas sesuatu. Padahal kami yang duduk bersebelahan ingin ikut tidak diperbolehkan. Karena rasa penasaran aku mengintip belajar apa sih mereka. Ternyata 6 orang tersebut diajarkan tata cara sholat jenazah. Aku dan Atik berbisik kok hanya mereka sih yang diajari ? Dan di akhir sholat Isya baru kami dapat jawabannya, yaitu diakhir sholat ke-6 orang tersebut itu tidak ikut sholat jenazah. 

Ohhhh...jadi sepertinya ada suatu monitor yang mengamati para jamaah. Lalu dipilihlah orang-orang yang mungkin dianggap belum punya ilmu tentang sesuatu, Seperti aku beberapa hari lalu. Dan aku yakin ibu-ibu yang terpanggil untuk ikut kajian tentang busana syar’i tadi karena memang penampilan mereka belum sampai ke situ.

Pada awalnya aku diam dan menyimak saja pembicaraan mereka, namun pada akhirnya aku tergerak untuk berbicara sedikit saja. Mungkin bisa membuka wawasan dan membantu pemahamannya secara sederhana. “Iyalah bu ...mungkin tidak harus persis sama seperti di foto ini pakaian syar’inya. Tapi paling tidak berpakaian yang diperintahkan dalam Al-Qur’an itu intinya adalah menutup seluruh aurat. Bagaimana wujudnya menutup aurat ? Maka pakaian itu harus lebar, longgar, sederhana, tidak tipis/transparan, tidak ketat/sempit dan tidak menyerupai laki-laki. Apa yang dimaksud yang menyerupai laki-laki yaitu janganlah wanita memakai celana panjang akan sangat baik pakailah rok. Itu dululah bu yang harus dipenuhi. 

Diantara tanda bahwa hijab kita telah syar'i adalah pantas digunakan untuk sholat, tanpa perlu memakai mukena lagi, selama suci dari najis. Bukankah sudah sangat jelas perintah berhijab dalam Al-Qur’an yaitu “Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,….”(QS an-Nuur : 31) dan “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena mereka tidak diganggu, Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Ahzab : 59)” Ujarku sambil membacakan ayat-ayat tentang kewajiban hijab yang tertera di brosur itu.  

Baru saja selesai aku bicara ada seorang ibu yang nyeletuk dengan sangat keras. “Aiiih...ngomong mudah bu. Dak boleh pakai celana panjang, kalau pakai rok itu susah kami untuk kerja dan beraktifitas. Bisa keserimpet-serimpet” ujar ibu itu ketus dan wajah garang. Aku cuma mengamati expressinya dan enggan untuk bicara. Hati yang keras memang susah menerima hidayah. Biarkanlah beliau dengan kekerasan dan prinsip hidupnya. Dalam hati aku berdo’a semoga Allah memberikan hidayah dan melunakkan hatinya untuk mudah menerima ilmu dan nasihat. Akan sangat sia-sia berdebat dengan orang seperti itu apalagi ini sedang di tanah suci.

Aku diam dalam hati dan bergumam. Pakai rok susah, ribet? Itu hanya karena kita tidak mau  mengikuti dan menjalankan aturan. Sejak aku paham tentang aturan syar’i, maka meskipun untuk jalan-jalan ke gunung, laut, ke pabrik bahkan olah ragapun aku selalu pakai gamis/rok longgar dan khimarku yang semata kaki. Ribet? Keserimpet? TIDAK? Kenapa aku bisa? Karena aku tahu aturan Allah pasti baik, pasti tidak susah! Itu saja! Akhirnya aku terbiasa. (Maaf bukan sombong dengan mencontohkan diriku sendiri. Tapi sebagai bahan bandingan saja). 

Dari cerita sejarah masa lalu ada berbagai macam kategori manusia di dunia ini ketika diperintah yaitu :
1) Jawaban org mukmin:
- sami’na wa atho’na “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami MENDENGAR, DAN KAMI PATUH.” Dan mereka itulah orang-orang yang BERUNTUNG.” (Q.S: an-Nuur: 51)

- “Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “KAMI DENGAR DAN KAMI TAAT.” (Q.S: al-Baqarah: 285) 

2. Jawaban Bani Israil/Yahudi: 
- sami’na wa ashoina: “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab: “KAMI MENDENGAR TETAPI TETAPI TIDAK MENTAATI”. (Q.S: al-Baqarah: 93) 

3. Jawaban org MUNAFIQ: 
- sami’na wa hum laa yasma’uun:“Hai org2 beriman, taatlah kpd Allah & RasulNya dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, sedang kamu mendengar. Dan janganlah kamu seperti orang-orang MUNAFIQ yg berkata: “KAMI MENDENGARKAN”, PADAHAL MEREKA TIDAK MENDENGARKAN.” (Q.S: al-Anfaal: 20-21). 

Ketika mereka mengatakan, “kami mendengar”, Allah Maha Tahu, sebenarnya hati mereka menolak dan mereka tidak mendengarkan. Sebagaimana orang munafiq pada umumnya, secara zhahir mereka menampakkan sifat baik, mendengar & merespon, padahal tidak demikian (Ibnu Ishaq dlm Tafsir Ibnu Katsir hal 25 terbitan Pustaka Imam Syafii). 

Kemudian Ibnu Katsir menulis: “Allah menjelaskan bahwa manusia seperti ini adalah MAHLUK PALING BURUK & TERMASUK PERANGAI PALING BURUK. Karena Allah berfirman di ayat selanjutnya: “Sesungguhnya binatang (mahluk) yang seburuk-buruknya di sisi Allah ialah orang-orang yang tuli.”(Surat~al-Anfaal: 22). Maksudnya TULI dari mendengarkan kebenaran. BISU dari memahaminya. Karena itu Allah berfirman: “Yang tidak mengerti apa pun”. Mengapa seburuk-buruk mahluk? Sebab seluruh mahluk melata selain mereka taat kepada Allah sesuai fungsi ia diciptakan. Sementara orang munafiq diperintahkan untuk beribadah namun mereka kufur. Pada surat al-Araaf: 179 Allah berfirman: “Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yg lalai".

Jadi seperti itulah yang terjadi pada orang-orang yang hatinya masih keras dan belum mau menerima hidayah. Mungkin kaum wanita sekarang menyangka bahwa tidak menutup aurat dan berjilbab/hijab tidak sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadist adalah dosa kecil, bahkan ada yang bilang lebih baik tak memakai jilbab dari pada memakai juga tak bisa menjaga kelakuannya"Kaum wanita menganggap yang terpenting hatinya dan bisa menjaga prilaku dan mengerjakan sholat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. 

Padahal sudah sangat jelas tuntunan bagi kita dalam : 
1. Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya sbb:
"Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi”.

2. Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah menegaskan lagi sikapNya terhadap wanita yang tak menutup aurat, yang berbunyi sbb.: “Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal kebaikan. Bukankah mereka tidak akan diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan?”

"Semoga menjadi renungan kita bersama bahwa yang wajib itu tetap wajib hukumnya,," Kita harus patuh dan taat tanpa dalih-dalih. Kalau tidak mulai dari sekarang apakah kita akan menunggu hari lusa atau disaat kita sudah tua,,,?" Ingat satu hal Malaikat maut itu tidak menunggumu hari lusa besok atau tahun depan mungkin satu menit,jam atau hari esok kita telah dicabut nyawanya oleh malaikat maut,,"dan kita benar-benar menjadi orang yang merugi setelah hari itu datang kepada kita,," Ingatlah selalu surat Al A’raaf ayat 36 yang artinya seperti: “Adapun orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya”.Wallahu a’lam bi sawab.



“Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,….”(QS an-Nuur : 31)

Catatan:
Untuk dalil dan ayat-ayat pendukung tulisan ini di dapatkan dari berbagai sumber melalui google seaching