Monday, February 11, 2019

TANDA-TANDA RIZKI YANG BERKAH

Selalu ada pemicu yang menjadi sebab aku menulis sebuah artikel. Yah artikel ini aku tulis karena rasa nelangsa dan sedih yang menyentak batinku secara mendalam. Ceritanya hari itu Kamis, menjelang jam pulang kantor aku dipanggil oleh bos kantorku. Seorang milenial yang masih muda banget. Tanpa kuduga beliau mengkritik, menegur aku karena setiap istirahat siang selalu lebih awal dari ketentuan perusahaan. Aturan perusahaan istirahat siang itu start jam 12.00 - 13.00. Sedangkan aku selalu meninggalkan kantor jam 11.30 dan masuk kembali jam 2 kurang seperempat bahkan kadang-kadang jam 2.

Aku yang semula diam saja, menjadi agak mengemukakan argumen melihat gaya dan intonasi bicaranya yang kurang menyenangkan. Aku kemukakan bukankah sepanjang jam kerja aku hampir tidak pernah keluar-keluar kantor alias izin-izin, sedangkan dia aku amati tak terbatas sering sekali izin-izin keperluan pribadi. Sebagai sifat atasan barangkali dia tak mau disudutkan (meski gaya bicaranya menyudutkan orang lain), lantas dia berdalih kalau dia izin-izin maka dia akan membayarnya dengan cara pulang kantor lebih telat lantas masuk di hari libur hari Sabtu. Meskipun di dalam hati aku menyangsikan kebenaran pembelaan itu. Pulang kerja kulihat dia gak jauh berbeda dengan aku. Hari Sabtu masuk? Ya iyalah dia masuk Sabtu karena ikut TA, bukankah TA itu dibayar dengan imbalan yang besar?

Lalu kembali aku kemukakan argumen kembali, bukankah jam 11.15 itu seluruh staf di bagian aku yang nota bene tak pulang ke rumah di jam istirahat karena rumah mereka jauh, sudah menyantap makan siang mereka. Bukankah itu sama artinya dengan istirahat. Apa bedanya dengan aku. Aku agak protes mengapa hanya aku yang begitu gencar dia adili. Padahal selama ini aku sangat menjaga bahkan takut sekali untuk meninggalkan jam kantor (bahkan untuk izin ke apotik untuk beli inhaler obat Asthma aku saja aku berpikir ulang ratusan kali). Dia terus membela diri toh staf yang lain itu tidak meninggalkan area perusahaan. Alasannya macam-macam takut terjadi kecelakaan saat aku menuju rumah padahal itu belum masuk jam istirahat kantor.

Entahlah semua alasan yang dia kemukakan tak masuk akal, hanya alasan yang dibuat-buat untuk menghakimi aku. Sampai akhirnya karena tak ada cara lagi bagi dirinya buat menyudutkan aku dia langsung memojokkan aku dengan dalih-dalih agama. Ibu kan sholeha, pernah mendengar tausiyah Ustadz Khalid Basalamah tidak ? Yang bahasannya terkait masalah keberkahan rezeki. Bukankah kita punya kontrak kerja dari Jam 7.30 - 12 dan 13 - 16.30. Jika ibu memperpanjang jam istirahat ada jam yang di ambil sehingga rezeki menjadi tidak berkah.

Aku sangat tersentak dengan ucapan dia. Aku tegas dan agak keras mengatakan " Baik! Bapak sangat benar! Aku tahu tentang aturan itu, aku pernah dengar tausiyah itu. Begini saja pak, mulai hari ini aku akan ikuti aturan itu. Aku usahakan sebisanya. Namun jika aku tak bisa mencukupi waktu kerjaku, pada saat penilaian prestasi kerja tolong untuk nilai Disiplin nilai saya dengan nilai D. Supaya insentif saya dipotong. Demi Allah saya ikhlas".

Dalil dia memang benar, namun karena apa yang disampaikannya dengan fakta kepribadiannya sangat bertolak belakang membuat aku agak sinis. Janganlah menakar keberkahan rezeki seseorang seperti Allah, jika diri sendiri masih terlalu sering banyak melakukan pelanggaran. Yah.. itulah sejak itu aku selalu tergopoh-gopoh di jam istirahat. Keluar kantor tepat jam 12.00 sampai di parkiran saja jam 12.08. Sampe rumah jam 12.15. Makan sekitar 20 menitan, Sholat Dzhuhur 30 menitan. Sulit untuk bisa sampai di kantor jam 13.00 tepat. Paling berkisar antara jam 13.15 - 13.20. Dan untuk membayarnya aku pulang lebih telah 15 menitan. Demi keberkahan yang dia lontarkan. Aku lebih banyak diam sekarang, dan kadang tersenyum sendiri melihat beliau sering salah tingkah sendiri untuk mengkamuflase kepentingan pribadinya menggunakan jam-jam kantor. Capek sendiri dia menjaga citra diri atas kalimat-kalimatnya. Semoga Allah mengampuni aku.

Untuk mengobati rasa ketersinggungan aku berusaha terus belajar mengkaji lebih jauh. Dan dari beberapa sumber pencarianku aku tuliskan di dalam artikel ini.

Apa itu Berkah (Keberkahan) ?
Banyak orang yang menginginkan agar kehidupannya mendapatkan keberkahan. Tak hanya orang yang beriman, namun mereka yang jauh dari Allah pun sebenarnya ingin hidupnya diberkahi.Meski begitu, banyak yang menyalah artikan tentang keberkahan dimana sering diarahkan kepada berlimpahnya harta, kehidupan yang serba menyenangkan dan segala kenikmatan dunia yang terus bertambah.

Padahal keberkahan bukan hanya sekedar tercukupi saja, melainkan sejauh mana bertambahnya ketaatan kita kepada Allah dalam segala keadaan, baik ketika berkelimpahan atau sebaliknya. Jika didefinisikan maka berkah adalah “Albarokatu tuziidukum fi thoat” yang artinya “Berkah menambah taatmu kepada Allah.”

Ketahuilah bahwa keberkahan dalam hidup tidak hanya dirasakan saat sehat. Namun ketika sakit pun seorang muslim bisa mendapatkan berkah sebagaimana Nabi Ayyub yang menjadikan sakitnya sebagai penambah ketaatan kepada Allah. Umur yang berkah tidak selalu merujuk pada lamanya usia karena umur yang pendek namun dipenuhi dengan ketaatan pun termasuk berkah, sebagaimana kehidupan Mus’ab bin Umair.

Tanah yang subur dengan panorama yang indah tidak selalu dikategorikan sebagai tanah yang berkah, karena tanah yang tandus seperti di Mekkah memiliki keberkahan dan keutamaan yang tidak tertandingi di hadapan Allah. Makanan yang berkah pun tidak hanya terdiri dari komposisi gizi yang lengkap, karena makanan yang sederhana namun mampu mendorong pemakannya untuk lebih taat kepada Allah juga termasuk makanan yang berkah.

Ilmu yang berkah bukanlah karena banyaknya riwayat atau catatan kakinya, melainkan ilmu yang menjadikan seseorang bisa berjuang dan beramal karena Allah tanpa kenal lelah hingga darah penghabisan.

Gaji atau penghasilan yang berkah bukanlah karena bertambah jumlahnya, namun sejauh mana gaji yang dimiliki dapat memberikan jalan rezeki bagi orang lain dan banyak yang terbantu karena gaji tersebut.

Terakhir, anak-anak yang berkah bukanlah anak yang lahir ke dunia dengan lucu dan imut serta tumbuh dewasa dengan sukses kemudian mendapatkan jabatan yang hebat. Namun anak yang berkah adalah anak yang saleh dan tak henti-hentinya mendoakan kedua orangtuanya.
Apa itu rezeki yang berkah

"Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik."(H.R.Bukhari Muslim). Rezeki yang berkah adalah rezeki yang diperoleh dari sumber-sumber yang halal dan dipergunakan untuk kebaikan di jalan Allah. Untuk mengetahui apakah rezeki kita termasuk rezeki yang berkah dapat diketahui melalui tanda-tanda umum berikut ini

1. Hati semakin dekat dengan Allah dan jiwa tenang. "Tidak sama yang buruk (rezeki yang haram) dengan yang baik (rezeki yang halal) meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal agar kamu mendapat keberuntungan." (Q.S. Al Maidah : 100). Ayat ini menunjukkan hubungan rezeki yang berkah dengan keberuntungan. Rezeki yang berkah bersumber dari sesuatu yang halal akan membuat hati merasa dekat dengan Allah karena telah dilimpahkan begitu banyak nikmat. Setiap kebaikan yang dilakukan termasuk rezeki yang dimanfaatkan untuk kebaikan akan membuat perasaan senang, tenang dan damai karena telah berbuat manfaat bagi diri dan orang lain

2. Mudah memberi sedekah dan menunaikan zakat. Orang yang menyadari bahwa dalam rezekinya terdapat hak orang lain dan bahwa hartanya hanya titipan semata dengan mudah menunaikan zakat dan sedekah. Rasa ikhlas berbagi dan memberi pada orang lain adalah sifat mulia yang hanya dimiliki oleh orang yang diberkahi rezekinya.

3. Keluarga harmonis dan dikaruniai anak yang saleh/salehah."Hai para rasul makanlah yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal saleh".(Q.S.23 : 51). Secara mentalitas dan psikologis makanan yang kita makan dapat mempengaruhi hati manusia. Termasuk juga dengan rezeki yang kita peroleh secara haram akan mempengaruhi kualitas anak-anak dan istri yang memakannya. Anak-anak akan menjadi jauh dari Allah dan bisa jadi rumah tangga penuh dengan pertengkaran yang bisa berujung perceraian.

4. Senantiasa merasa cukup dan syukur."Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah. Ayat ini menunjukkan bahwa hanya rezeki yang halal yang bisa membuat orang bersyukur. Rezeki haram akan membuat orang merasa kurang dan semakin tamak, rakus dalam menumpuk harta untuk kepentingannya semata karena merasa semua itu adalah rezeki yang diperoleh karena hasil usahanya sendiri.

Jika dalam perjalanan hidup anda merasakan yang sebaliknya seperti hati jadi menjauh dari Allah, selalu was-was dan tidak tenang, susah untuk berbagi, anak-anak jadi liar, nakal, tukang cari masalah dan istri yang tidak taat, serta selalu merasa kurang, maka waspadalah mungkin rezeki anda tidak berkah. Segera introspeksi, mohon ampun kepada Allah dan benahi diri sebelum terlambat karena ajal sudah menjemput. Wallahu alam.

Semoga Allah memberikan keberkahan dalam setiap sendi kehidupan kita semua untuk menuju keridhoan-Nya. Aamiin



No comments:

Post a Comment